Minggu, 22 Februari 2015

Makalah Kegiatan Kemasyarakatan Siswa SMA Marsudirini (KKSM) di Desa Wirogomo Lor, Semarang, Jawa Tengah

(halaman sampul)
TINGKAT EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA HIDUP WARGA DUSUNWIROGOMO LOR,      DESA WIROGOMO, KECAMATAN BANYUBIRU,
KABUPATEN SEMARANG
 PROVINSI JAWA TENGAH DAN
PESERTA DIDIK SMA MARSUDIRINI BEKASI

Makalah Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Nama             :           Regina Olga Andani
Kelas             :           XI IPS 3
No                 :           31

SMA Marsudirini
Jalan Raya Narogong No 202 - Bekasi
Tahun Pelajaran 2014-2015

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


TINGKAT EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA HIDUP WARGA DUSUN WIROGOMO LOR,      DESA WIROGOMO, KECAMATAN BANYUBIRU,
KABUPATEN SEMARANG
 PROVINSI JAWA TENGAH DAN
PESERTA DIDIK SMA MARSUDIRINI BEKASI

Makalah Ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas
 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Nama             :           Regina Olga Andani
Kelas             :           XI IPS 3
No                 :           31

SMA Marsudirini Bekasi
Jalan Raya Narogong No 202 - Bekasi
Tahun ajaran 2014-2015





(halaman pengesahan)
Tingkat Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Warga Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dan Peserta Didik
SMA Marsudirini Bekasi


Disusun oleh :
Nama        : Regina Olga Andani
Kelas         : XI IPS 3
No             : 31

Makalah ini telah dibaca dan disetujui oleh guru pembimbing pada  tanggal 22 Maret 2014







       Mengetahui,                                                                   Menyetujui,
       Wali Kelas                                                               Guru pembimbing




Tatik Wulandari, S.Si.                                            Dra. Ch. Hermin Ambarwati





 ------------------------------------------------------------


ABSTRAK

Penelitian mengenai “Tingkat Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Warga Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah” bertujuan untuk menjelaskan bagaimana tingkat perekonomian dan pengaruhnya terhadap pola hidup masyarakat Dusun Wirogomo Lor, menjelaskan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi pola hidup masyarakat Dusun Wirogomo Lor, menjelaskan pengaruh ekonomi terhadap pola masyarakat Dusun Wirogomo Lor, dan menjelaskan upaya untuk memperbaiki perekonomian terhadap pola hidup masyarakat Dusun Wirogomo Lor.
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai metode, yaitu metode observasi dan kuesioner dan metode deskriptif serta teknik pengumpulan data yang dilakukakan dengan cara mewawancarai beberapa warga Dusun Wirogomo Lor dengan beberapa teknik wawancara dan pendekatannya, pengamatan, serta studi pustaka. Pola hidup masyarakat Dusun Wirogomo Lor buruk seperti berperilaku boros dalam mengelola keuangan dan kebiasaan berbelanjan berlebihan serta mengkonsumi makanan yang mengandung MSG. Dari hasil pengumpulan data serta penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat diambil kesimpulan bahwa pola hidup yang buruk di Dusun Wirogomo Lor membawa dampak negatif bagi dirinya sendiri dan sekitarnya.
Untuk mengubah pola hidup masyarakat yang kurang baik menjadi lebih baik, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pola hidup yang kurang baik tersebut.





 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.Makalah ini sebagai hasil penelitian tingkat ekonomi dan pengaruhnya terhadap pola hidup masyarakat di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Penulis mempunyai keyakinan bahwa didalam masyarakat dusun Wirogomo Lor memiliki tingkat ekonomi yang mencukupi untuk kebutuhan hidupnya dimana mereka mampu mengusahakan segala sesuatunya sendiri, baik itu dalam bentuk pangan, sandang dan papan. Dari penelitian yang diteliti penulis, ternyata masyarakat Dusun Wirogomo Lor ini mampu untuk mengusahakan atau mengadakan swadaya masyarakatnya dengan baik sehingga tidak ada satu pun keluarga yang mengalami kesulitan dalam makanan atau hal-hal pokok lainnya yang merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang hidup dan bernafas di bumi ini. Tetapi, walaupun mereka berusaha mencari penghasilan untuk menghidupi masing-masing keluarganya, masih banyak orang-orang yang menjadi konsumtif terhadap kebutuhan yang tidak ingin dicapai. Akibatnya hidup warga itu akan boros.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidaklah bisa selesai tanpa bantuan orang lain yang membantu penulis dengan cara yang berbeda-beda. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yang diantaranya     :
1.        Dra. Sr. M. Stefanie, OSF selaku kepala sekolah SMA Marsudirini Bekasi karena telah memberikan sarana kepada penulis untuk belajar dan berkembang, tidak hanya di sekolah tetapi juga pada kegiatan KKSM di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
2.        Ibu Dra. Ch. Ambarwati, S.Pd., sebagai guru bahasa Indonesia, yang telah memberikan kesempatan dan membimbing penulis dalam membuat dan menyelesaikan karya tulis ini.
3.        Papi Sigit dan TIM ”TEMEN MAEN” yang telah mengatur dan membantu segala kegiatan yang telah berlangsung dalam kegiatan KKSM ini, sehingga berjalan dengan sukses dan lancar.
4.        Ibu Bernadeta Tatik Purwandari, S.Pd., selaku wali kelas XIS3 yang telah membantu kegiatan penulis selama penulis menjalani kegiatan KKSM.
5.        Semua wali kelas XI yang telah mendampingi kami dalam segala aktivitas dan kegiatan dalam program KKSM 2015 ini.
6.        Keluarga Bapak Kusriyadi yang telah merawat penulis sebagai keluarga penulis selama program KKSM di Dusun Wirogomo Lor.
7.        Warga dusun Wirogomo Lor yang telah membimbing seluruh peserta KKSM saat kegiatan berlangsung.
8.        Semua teman-teman penulis untuk bantuan dan dukungan yang telah diberikan, baik dalam bentuk materil maupun moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
9.        Segenap pihak-pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam penyusunan karya tulis ini.
Penulis juga mengucapkan mohon maaf apabila terdapat kata-kata dan penulisan yang tidak berkenan serta semua kesalahan-kesalahan yang tidak di sengaja. Penulis menyadari bahwa makalah ini berada jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran masukan dari para pembaca. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembacanya dan memberi sedikit sumbangsih pengetahuan bagi masyarakat.

Bekasi, 19 Februari 2015

                                                                                                                Penulis



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


DAFTAR ISI


Halaman
Halaman cover......................................................................................................... i
Halaman sampul....................................................................................................... ii
Lembar pengesahan................................................................................................. iii
Abstrak….………………………………………………………………………...iv

Kata Pengantar…………………………………………………………………....v

Daftar Isi…………………………………………………………………………..vii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………..6
D. Batasan Istilah dan Perumusan Variabel………………………………..6
E. Manfaat Penelitian………………………………………………………6
F. Hipotesis………………………………………………………………...9

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………….10

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………..23
A. Lokasi Penelitian………………………………………………………23
B. Bidang Penelitian………………………………………………………23
C. Bentuk atau Strategi Penelitian………………………………………...23
D. Sumber Data…………………………………………………………...25
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………..26
F. Teknik Analis…………………………………………………………..29

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………………………..31
A. Tingkat Ekonomi Warga Dusun Wirogomo…………………………...31
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perekonomian…………...34
1. Pendapatan……………………………………………………...34
2. Motivasi………………………………………………………....34
3. Sikap dan Kepribadian…………………………………………..35
4. Selera…………………………………………………………….35
C. Pengaruh Tingkat Ekonomi terhadap Pola Hidup………………………37
D. Cara Meningkatkan Perekonomian Keluarga…………………………..37
BAB V PENUTUP………………………………………………………………...38
A. Kesimpulan……………………………………………………………..38
B. Saran……………………………………………………………………38

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..39

LAMPIRAN

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I

 PENDAHULUAN


A.                Latar Belakang Masalah

Pola hidup setiap orang berbeda – beda dapat dilihat dari pola makan, tingkat ekonomi, letak geografis, budaya, keluarga, dan sosial.
Banyak orang yang sudah melupakan bagaimana caranya mempertahankan pola hidup baik, seperti budaya hidup yang konsumtif dan sangat berpengaruh terhadap pola hidup warga dusun Wirogomo Lor. Pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor rata-rata mengkonsumsi makanan yang masih segar tanpa bahan pengawet. Tetapi, peneliti melihat sebagian besar warga di dusun Wirogomo Lor mengkonsumsi makanan yang tidak bermerk dan terlalu bayak mengandung MSG (Monosodium Glutamat) serta makanan yang mengandung zat – zat berbahaya bagi tubuh.Selain itu, berperilaku boros dalam mengelola keuangan dan kebiasaan berbelanja berlebihan.
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan keberadaan seseorang untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat dimana seseorang itu tinggal. Selain itu kondisi sosial ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap kedudukan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mampu pula ia beradaptasi dan berinteraksi, dan juga semakin tinggi kedudukannya dalam masyarakat dan begitu pula sebaliknya. SMA Marsudirini Bekasi salah satu penelitian yang dimaksud di atas adalah penelitian yang dilakukan di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa anggota masyarakat yang memiliki penghasilan yang rendah mengakibatkan tidak mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari berpengaruh terhadap kondisi sosialnya, yang ditandai dengan sikap rendah diri, menjauhkan diri dari lingkungan, dan bahkan bersikap apatis (Cahyani, 1994 : 64).

Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat. Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat, dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis, serta tersedianya pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat.” (Suryandari, 2008).

Dilihat dari sisi tingkat ekonomi di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa tengah sebagian besar warganya hanya mampu mengkonsumsi makanan seperti    sayur - sayuran, ikan dan lain - lain, tetapi ada juga warga yang mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi seperti singkong, jagung dan umbi – umbian yang lain, karena sebagian warga di dusun Wirogomo Lor kurang mampu perekonomiannya. Rata-rata warga Dusun Wirogomo Lor hidup kurang mampu dibanding orang kota. Pola hidup yang baik dan benar justru dimenangkan oleh warga pedesaan. Karena mereka masih mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung zata – zat yang berbahaya bagi kesehatan, tidak seperti warga kota yang cenderung mengkonsumsi makanan – makanan yang serba instan.
“Kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri” (Kamus Besar Bahas Indonesia Edisi II, Balai Pustaka, 1994, Jakarta)
“Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia” (UU no 5/1979)
Berdasarkan potensi fisik dan nonfisik, desa dibagi menjadi 3:
-          Desa Swadaya: Desa yang belum dapat memanfaatkan potensi yang ada (terutama sumber daya alam) karena kekurangan tenaga kerja dan dana. Desa ini terletak di daerah yang masih terpencil. Penduduknya rata-rata tidak berpendidikan atau berpendidikan sampai SD, dan kebanyakan masih terikat dengan tradisi, selain itu mereka juga masih miskin. Mata pencaharian penduduk kebanyakan masih bercocok tanam. Fasilitas sarana dan prasarana sangat kurang, dan transportasi dari dan ke desa masih belum memadai.
-          Desa Swakarsa: Desa yang baru mulai memanfaatkan potensi yang ada tetapi kekurangan dana. Desa ini terletak di daerah-daerah peralihan antara daerah kota dan daerah terpencil. Masyarakat desa ini sudah banyak mengenyam pendidikan meskipun jarang yang sampai tingkat universitas (kebanyakan lulusan SD-SMA), ikatan tradisi sudah mulai menghilang dan keadaan ekonomi sudah mulai meningkat. Mata pencaharian penduduk sudah mulai bervariasi, tidak hanya di bidang pertanian. Fasilitas sarana dan prasarana sudah mulai ada, dan dibuat secara bergotong royong, mengingat dana masih terbatas. Transportasi dari dan ke desa sudah mulai ada, seperti pembuatan jalan.
-          Desa Swasembada: Desa yang sudah memanfaatkan semua potensi yang ada secara optimal. Selain memiliki potensi yang memadai, dana dan tenaga sudah tersedia. Desa ini biasanya terletak di daerah perkotaan. Kehidupannya sudah mulai modern karena mendapat pengaruh dari kota. Masyarakat di desa ini hampir semua sudah mengenyam pendidikan, bahkan cukup banyak yang sampai ke tingkat universitas. Ikatan tradisi sudah menghilang dan keadaan ekonomi cukup tinggi. Mata pencaharian penduduk sudah sangat bervariasi, mulai dari bidang pertanian sampai dengan jasa. Fasilitas sarana dan prasarana yang dibangun sudah cukup baik. Transportasi dari dan ke desa sudah lancar.
Pola hidup yang baik tentu saja akan berakibat baik bagi kesehatan tubuh. Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, pola hidup merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. (Soekanto, 1990 : 181).
Hal ini merupakan konsekuensi logis, dimana sosial ekonomi merupakan salah satu nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Sebagai suatu nilai, maka semakin tinggi kondisi sosial ekonomi, maka kedudukan dan statusnya dalam masyarakat akan semakin tinggi pula. Dapat kita dilihat dalam kehidupan masyarakat, dimana seseorang yang mempunyai status ekonomi yang tinggi biasanya mempunyai kedudukan dalam masyarakat tersebut. Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi seseorang dapat kita ketahui dengan melihat tiga factor, yakni : pekerjaan, tingkat pendidikan dan penghasilan. Dalam hal ini dapat digunakan kategori mengenai kedudukan sosial ekonomi adalah tinggi, sedang , dan rendah.
Hal ini disebabkan oleh tidak mampunya seseorang tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga seseorang itu, mau tidak mau harus meminta bantuan pada orang lain. Proses inilah yang menyebabkan status sosialnya rendah dikarenakan masyarakat menganggapnya tidak mampu. Sementara itu dinyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat juga menentukan tingkat pendapatan dan keberhasilan seseorang dalam masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat akan berpengaruh terhadap keberhasilan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka semakin terampil dan berhasil dalam pekerjaan, sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan (Malo, 1980 : 55).
Keheterogenan masyarakat Dusun Wirogomo Lor ini, terutama dapat dilihat dari status sosial ekonominya, dimana tingkat sosial ekonomi masyarakatnya beraneka ragam. Sebagian masyarakatnya sudah tergolong pada tingkat sosial ekonomi yang mapan, dan sebagian lagi masih pas-pasan. Jadi terlihat adanya ketidakmerataan tingkat sosial ekonominya. Hal inilah sebenarnya, yang merupakan fenomena yang menjadi bahan perhatian penulis, apa sebenarnya yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Perhiasan sehingga terjadi ketidakmerataan pada tingkat sosial ekonomi mereka. kemudian ditambah lagi keinginan penulis untuk mengkonfirmasikan, Universitas Sumatera Utarasekaligus memberikan masukan mengenai upaya-upaya yang mungkin dapat dilaksanakan dalam pemecahan masalah ketidakmerataan tersebut.
Walaupun penelitian tentang sosial ekonomi sudah banyak dilakukan oleh para peneliti, namun hal ini mungkin akan memberikan perbedaan dengan hasil peneliti-peneliti yang lain, disebabkan lokasinya yang terletak di pedalaman dengan perbedaan sosial ekonomi masyarakatnya yang sangat tinggi.


A.        Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji pada makalah ini, yaitu:
1.         Apa yang dimaksud dengan pola hidup?
2.         Bagaimana tingkat ekonomi warga Dusun Wirogomo Lor?
3.         Bagaimana pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor?
4.         Apa pengaruh tingkat ekonomi terhadap pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor?
5.         Bagaimana cara meningkatkan pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor dengan tingkat ekonomi yang ada?

B.                 Tujuan Penelitian

Berdasakan rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat tujuan makalah ini sebagai berikut:
1.         Menjelaskan pengertian pola hidup
2.         Menjelaskan tingkat ekonomi warga Dusun Wirogomo Lor
3.         Menjelaskan pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor
4.         Menjelaskan pengaruh tingkat ekonomi terhadap pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor
5.         Menjelaskan cara meningkatkan pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor dengan tingkat ekonomi yang ada

C.                Batasan Istilah dan Perumusan Variabel

Judul makalah ini adalah Tingkat Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Warga Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sebagai gambaran umum mengenai inti pokok makalah ini, maka kata- kata pokok yang menyusun judul tersebut dapat diuraikan dengan menjadi batasan istilah dalam makalah ilmiah ini, yaitu sebagai berikut:
Tingkat               :      kb. tinggi rendah kedudukan; tinggi rendah jabatan; tinggi rendah peradaban1
Perekonomian    :      perilaku orang dan masyarakat dalam memilih menggunakan sumber daya yang langka dan yang memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoduiti untuk kemudian menyalurkannya --- baik saat ini maupun di masa depan --- kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat[1]
Pengaruh            :      Daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak,kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.664)
Pola                     :      Sistem, cara, bentuk struktur yang tetap3
Hidup                  :      Masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.4496)
Warga                 :      kb. Anggota masyarakat, anggota keluarga, anggota perkumpulan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, …











D.          Manfaat penelitian      

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu
1.             Bagi penulis
Dengan adanya makalah ini penulis dapat mengerti tentang hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya.Penulis juga dapat menambah wawasan dan pengetahuannya terutama mengenai seluk beluk pendidikan. Penulisan makalah ini sendiri juga menjadi proses pembelajaran bagi penulis. Penulis mendapatkan pengalaman dari awal hingga akhir pembuatan makalah. Makalah ini dapat dijadikan pembelajaran untuk kedepannya.

2.             Bagi peserta didik SMA Marsudirini
Dengan adanya penulisan makalah ini, penulis berharap sekolah dapat menyadarkan peserta didik akan pentingnya pendidikan dan betapa beruntungnya peserta didik dapat menikmati fasilitas pendidikan yang layak sehingga dapat mendukung peserta dalam menunjang prestasinya.Selain itu adanya makalah ini penulis berharap peserta didik dapat semakin semangat untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya karena pendidikan dapat memajukan kehidupan di berbagai sektor.

3.             Bagi warga Dusun Wirogomo Lor
Dengan adanya penulisan makalah ini, penulis berharap warga Dusun Wirogomo Lor dapat meningkatkan rasa peduli terhadap pendidikan dan menumbuhkan motivasi untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya sehingga dapat membangun dan memajukan DusunWirogomo Lor.



4.             Bagi masyarakat umum
Dengan adanya makalah ini penulis berharap masyarakat dapat lebih peduli akan pentingnya pendidikan dan dapat turut mengembangkan pendidikan di Indonesia

5.             Bagi pemerintah
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pemerintah dapat memperhatikan pendidikan  di kota-kota terpencil serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia mulai dari membangun fasilitas-fasilitas yang memadai sampai meningkatkan kualitas tenaga pendidik.

E.                Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Kehidupan warga desa dan warga kota sangatlah berbeda. Dilihat dari segi ekonomi dan mata pencaharian juga berbeda. Hal itu sama dengan segi pola hidupnya. Apabila ternyata pola hidup warga desa lebih baik atau buruk daripada warga kota maka dugaan terbukti atau tidaknya dilihat dari kesimpulan.








[1] Tim Primapena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 762.
2 Drs. T. Gilarso, SJ. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro (Jakarta, 2004) hal. 34 mengutip Paul A. Samuelson Drs
3Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3 (Jakarta: 2001), hal. 796.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB II

LANDASAN TEORI


            Paul Anthony Samuelson, seorang professor ekonomi dari Massachusetts Institute of tehnology (MIT), mengumpulkan sekurang-kurangnya enam buah definisi dari para ahli lain.  Keenam definisi itu masing-masing adalah :
1.      Ilmu Ekonomi, atau ekonomi politik (political economy) adalah suatu studi tentang kegiatan-kegiatan yang dengan atau tanpa menggunakan uang, mencakup atau melibatkan transaksi-transaksi pertukaran antar manusia.
2.      Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang yang menjatuhkan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan sumber-sumber produk (tanah), tenaga kerja, barang-barang modal, misalnya mesin dan pengetahuan tehnik yang langka dan jumlahnya terbatas, untuk menghasilkan berbagai barang (misalnya gandum, daging, mantel, prahu layar, jalan raya, pesawat dll) serta mendistribusikannya kepada anggota masyarakat untuk mereka konsumsi.
3.      Ilmu ekonomi adalah studi tentang manusia dalam kegiatan hidup mereka sehari-hari untuk mendapat dan menikmati kehidupan.
4.      Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana manusia bertindak untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan konsumsi dan produksinya.
5.      Ilmu ekonomi suatu studi tentang kekayaan.
6.      Ilmu ekonomi suatu studi tentang cara-cara memperbaiki masyarakat.
Umumnya secara definitive, ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran karena inti permasalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara keinginan (wants) manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.  Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (scarcity).   
Konsep konsumsi, yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dari bahasa inggris”Consumtion”.
“Konsumsi adalah pembelanjaan atas barangbarang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut.Teori Konsumsi adalah teori   yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa.Sedangkan pelaku konsumen adalah bagaimana ia memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai situasi.”

Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.(Dumairy, 1996)
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : i. Fungsi konsumsi ialah : C = a + By. Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.
Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan konsumsi dan pendapatan diposebel dengan tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung.Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi ratarata.Kencondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPC = Yd . CΔ
Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula : APC = Yd.C
Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kencondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata.Kecondongan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPS = Yd.SΔ.
Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula : APS = Yd.S (Sadono Sukirno, 2003: 94-101).

1.                 Teori Konsumsi John Maynard Keynes
Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual.Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas.Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.
Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik.Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.
Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.Berdasarkan tiga dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai C = C + cY, C > 0, 0 < c < 1
Keterangan :                        
C = konsumsi                              
Y = pendapatan disposebel
C = konstanta
c = kecenderungan mengkonsumsi marginal
(N.G Mankiw, 2003 : 425-426)
Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi
konsumsi Keynes :
·         Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.
·         Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.
·         Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.
·         Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. (Soediyono Reksoprayitno, 2000: 146 ).

2.                 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman)
Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman.Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah :
·         Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.
·         Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 72).
Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Suparmoko, 1991: 70).




3.                 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.
Karena orang cenderung menerima penghasilan / pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.
Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan  ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain. (Suparmoko, 1991: 73-74).



4.                 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.
Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Soediyono Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu :
a)                  Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.
b)                  Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.(Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 70).

A.                BEBERAPA VARIABEL LAIN YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI

Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan nasional, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar seperti sebagai berikut:

1.                  Selera
Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan ada nyaperbedaan sikap dalam penghematan (thrift).

2.                 Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang ia sisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah. Yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat.

3.                  Kekayaan
Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi.
4.                  Keuntungan / Kerugian Capital
Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dan keuntungan kapital karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Sebaliknya Kul B. Bhatia dan Barry Bosworth menemukan hubungan yang positif antara konsumsi dengan keuntungan kapital.

5.                  Tingkat harga
Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proposional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes.
                                                                                     
6.                  Barang tahan lama
Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi.

7.                  Kredit
Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak,karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang hurus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayar dengan kredit. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kejelasan mengenai pengaruh kredit terhadap pengeluaran konsumsi. (Suparmoko, 1991: 74-77).





B.                 PRINSIP TEORI KONSUMSI

1.                  Barang (goods) yang di konsumsi mempunyai sifat semakin banyak akan semakin besar manfaatnya. Dengan demikian, jika sesuatu yang bila dikonsumsi semakin banyak justru mengurangi kenikmatan hidup (bad) tidak dapat didefinisikan sebagai barang, misalnya penyakit.

2.                  Utilitas (utility)adalah manfaat yang diperoleh seseorang karena ia mengkonsumsi barang, Dengan demikian Utilitas merupakan ukuran manfaat (kepuasan) bg seseorang karena mengkonsumsi barang. Keseluruhan manfaat yang diperoleh konsumen karena mengkonsumsi sejumlah barang disebut dengan Utilitas total (Total Utility) Utilitas marjinal (marginal utility) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah satu unit konsumsi barang tertentu.

3.                  Pada teori Utilitas berlaku Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun(The law of Diminishing marginal utility) yaitu bahwa awalnya sesorang konsumen mengkonsumsi satu unit barang tertentu akan memperoleh atambahan Utilitas (manfaat) yang besar, akan tetapi tambahan unit konsumsi barang tersebut akan memberikan tambahan Utilitas (manfaat yang semakin menurun, dan bahkan dapat memberikan manfaat negatif. Dengan kata lain, Utilitas marjinal (MU) mula-mula adalah besar, dan semakin menurun dengan meningkatnya unit barang yang dikonsumsi.

4.         Pada teori Utilitas berlaku konsistensi preferensi, yaitu bahwa konsumen dapat secara tuntas (complete) menentukan rangking dan ordering pilihan (preference, choice) diantara berbagai paket barang yang tersedia. Konsep ini disebut dengan Transitivity dan rasionalitas. Misalnya, jika A lebih disuka dari B atau A>B, dan B lebih disukai dari C atau B>C, maka harus berlaku A lebih disuka dari C, atau A>C.

5.         Pada teori Utilitas diasumsikan bahwa konsumen mempunyai pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka dianggap (diasumsikan) mengetahui persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dsb.

C.               TEORI KONSUMSI DALAM PERBAIKAN EKONOMI

Teori konsumsi dan tingkat perbaikan ekonomi. 2 hal ini sempat dikemukan oleh presiden SBY saat krisis ekonomi sempat hinggap dan terus hinggap sehinga menjadi masalah tersendiri bagi perekonomian Indonesia bangsa Indonesia secara keseluruhan.Tingkat konsumsi seperti apa ? Waktu itu Presiden SBY memalui pemerintahannya sempat megajukan usulan peningkatkan aktivitas konsumsi dalam ngeri untuk memulihkan perekonomian, secara tidak langsung industri ekonomi dalam negri akan tumbuh dengan baik.
Konsumsi seperti apa ? pertanyaan yang terus berulang, banyak pihak yang mengatakan bahwa daya beli masyarakat Indonesia rendah. Kalau begitu apa ukurannya ? di sektor mana saja? Sebuah jawaban yang belum saya ketahui. Tapi sekarang mari kita lihat apakah sebenarnya daya beli mayarakat Indonesia rendah .
Pernyataan daya beli masyarakat Indonesia sebenarnya tidak lah rendah jika hal ini dihitung dari kebutuhan sekunder.Yang masih membinggungkan sekarang ini ialah masyarakt Indonesia sepertinya tidak lagi bisa membedakan yang mana kebutuhan primer atau kebutuhan sekunder ,sebuah teori mengatakan ”Lihat saja sekarang hampir dari satu setengah populasi penduduk Indonesia sudah punya mobile communication atau bahasa sederhananya adalah handphone atau sim card proveider telepon selular”.
Handphone atau pun sim card bukalah barang mahal lagi yang siap dikonsumsi ,meskipun harganya bisa mencapai jutaan tidak dipermasalahkan. Sedangkan kebutuhan primer berupa pangan,sandang dan papan menjadi sesuatu yang terpinggirkan. Jika ditanya di kalangan menengah ke atas jelas jawabnnya mereka bisa berimbang. Tapi kelas menengah ke bawah jawabannya bisa mendua .Kenapa mendua ? karena barang sekunder seperti telepon selular juga sudah menjadi kebutuhan wajib buat mereka. Harga yang biasnya diterapkan oleh perusahaan telepon dan perusahaan provider memudahkan konsumen untuk memilih handphone atau sim card yang mereka inginkan. Masalah pulsa jelas yang ke dua .Sedangkan tariff yang berlomba-lomba masih diperangkan tetap menjadi acuan konsumen. Konsumen menjadi konsumtif sekarang rendahkah daya beli konsumen.
Jika kembali ke bagaimana teori konsumsi dan kebutuhan tersebut,jika saja semua orang Indonesia sadar dan bisa memilih menyelamatkan ekonomi Indonesia terlebih dahulu baru ekonomi perusahaannya dan ekonomi diri-nya atau apa apun itu saya yakin sebuah debat narsis tidak akan terjadi,siapa yang ingin menjadi pahlawan,dan siapa yang hanya bermulut besar akan tersadar tentang betapa besarnya sebuah arti nurani untuk kehidupan bersama bangsa Indonesia.

 -------------------------------------------------------------------------------------------

 BAB III
METODE PENELITIAN

Metodologi merupakan konsep teoritik yang membahas mengenai berbagai metode atau ilmu metode-metode, yang dipakai dalam penelitian.Sedangkan metode merupakan bagian dari metodologi, yang diinterpretasikan sebagai teknik dan cara dalam penelitian, misalnya teknik observasi, metode pengumpulan sumber (heuristik), teknik wawancara, analisis isi, dan lain sebagainya. Berbagai hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

A.               Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dan difokuskan padaTingkat Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Masyarakat yang ada di desa tersebut.

B.                 Bidang Penelitian
Bidang masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah masalahTingkat Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup MasyarakatDusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

C.                Bentuk/Strategi Penelitian                                              
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih mengutamakan pada masalah Tingkat Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup, maka jenis penelitian dengan strateginya yang cocok dan relevan adalah penelitiankualitatif deskriptif.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi-analisis yang teliti dan penuh makna, yang juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah. Pada tiap-tiap obyek akan dilihat kecenderungan, pola pikir, ketidakteraturan, serta tampilan perilaku dan integrasinya sebagaimana dalam studi kasus (Muhadjir, 1996: 243).
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Karena permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan sebelum terjun ke lapangan, maka jenis strategi penelitian inisecara lebih spesifik dapat disebut sebagai studi kasus terpancang(embedded case study research)(Yin, 1987: 136).
Dengan mengenal dan memahami karakter penelitian kualtatif, dapat mempermudah peneliti dalam mengambil arah dan jalur yang tepat dalam mengumpulkan data, menganalisis maupun mengembangkan laporan penelitian. Studi kasus didasarkan pada teknik-teknik yang sama dalam kelaziman yang berlaku pada strategi historis-kritis, tetapi dengan menambah dua sumber bukti yang signifikan yaitu observasi langsung dan wawancara sistemik. Meskipun studi kasus dan historis-kritis terjadi tumpang tindih, tetapi kekuatan yang unik dari studi kasus adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan beragam sumber.
Secara sistematis, penelitian kualitatif ini mempunyai karakteristik pokok sebagai berikut: Pertama, riset kualitatif mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yanglangsung dari perisetnya, maksudnya data dikumpulkan dari sumbernya langsung, dan peneliti merupakan instrumennya; kedua riset kualitatif ini bersifat deskriptif; ketiga periset kualitatif lebih memperhatikan proses dan produk yang bermakna; keempat, periset kualitatif cenderung menganalisadatanya secara induktif, maksudnya data yang dikumpulkan bukanlah untuk mendukung atau menolak hipotesis, tetapi abstraksi disusun sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan dikelompokan bersama; kelima, “makna” merupakan soal esensial perhatian utamanya.

D.                Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berhadapan dengan data yang bersifat khas, unik, idiocyncratic, dan multiinterpretable (Waluyo, 2000: 20).Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Data kualitatif tidak bersifat nomotetik (satu data satu makna) seperti dalam pendekatan kuantitatif atau positivisme.Untuk itu, data-data kualitatif perlu ditafsirkan agar mendekati kebenaran yang diharapkan (Waluyo, 2000: 20). Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a)                  Informan atau nara sumber yang terdiri dari warga Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
b)                  Tempat dan aktivitas yang di jadikan objek oleh peneliti di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang sebagaimana studi kasus penelitian. Dalam hal ini dilakukan observasi mengenai Tingkat Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Warga Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
c)                  Teks yang berupa arsip dan dokumen resmi mengenai tingkat perekonomian dan pengaruhnya terhadap pola hidup masyarakat, jadwal kegiatan program, foto-foto situs studi kasus, dan catatancatatan lain yang relevan. Dalam menafsirkan teks yang bermacamragam ini, diperlukan dekontekstualisasi (proses pembebasan dari konteks). Teks bersifat otonom yang didasarkan atas tiga hal, yaitu: maksud penulis; situasi kultural dan kondisi sosial pengadaan teks; dan untuk siapa teks itu ditulis. Seorang peneliti harus “membaca dari dalam” teks yang ditafsirkannya itu. Tetapi peneliti tidak boleh luluh ke dalam teks tersebut dan cara pemahamannya tidak boleh lepas dari kerangka kebudayaan dan sejarah dari teks itu. Karena itu distansi asing dan aspek-aspek subjektif-objektif dari teks-teks tersebut harus disingkirkan (Waluyo, 2000: 26)

E.                 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.            Wawancara Mendalam (in-depth interviewing)
Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstrukturketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi.Dalam hal ini, peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada.Dalam berbagai situasi, peneliti dapat meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan dapat menggunakan posisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya (Yin, 1996: 109).
Kelebihan mencari data dengan cara wawancara, dapat diperoleh keterangan yang tidak dapat diperoleh dengan metode yang tidak menggunakan hubungan yang bersifat personal. Semakin bagus pengertian pewawancara dan semakin halus perasaan dalampengamatannya itu, semakin besar pulalah kemampuannya untuk memberikan dorongan kepada subjeknya. Lagi pula, semakin besar kemampuan orang yang diwawancarai untuk menyatakan responsnya, semakin besar proses intersimulasi itu. Tiap-tiap respons atau tanggapan yang verbal dan reaksinya dinyatakan dengan kata-kata dapat memberikan banyak pikiran-pikiran yang baru. Suatu jawaban bukanlah jawaban atas suatu pertanyaan saja, melainkan merupakan pendorong timbulnya keterangan lain yang penting mengenai peristiwa atau objek penelitian. Semakin besar bantuan responden dalam wawancara, maka semakin besar peranannya sebagai informan.Dalam hal ini, informan kunci seringkali sangat penting bagi keberhasilan studi kasus. Mereka tidak hanya bisa memberi keterangan tentang sesuatu kepada peneliti, tetapi juga bisa memberi saran tentang sumber-sumber bukti lain yang mendukung serta menciptakan akses terhadap sumber yang bersangkutan (Yin, 1996: 109).
Dengan demikian wawancara mendalam harus memberikan keleluasaan informan dalam memberikan penjelasan secara aman, tidak merasa ditekan, maka perlu diciptakan suasana “kekeluargaan”.Kelonggaran ini akan mengorek kejujuran informasi, terutama yang berhubungan dengan sikap, pandangan, dan perasaan informan sehingga pencari data tidak merasa asing dan dicurigai. Oleh karena itu, maka masalah pelaksanaan wawancara perlu dipilih “waktu yang tepat”, maksudnya para informan diwawancarai pada saat yang tidak sibuk dan dalam kondisi yang “santai” sehingga keterangan yang diberikan memang benar-benar adanya. Namun demikian, peneliti perlu berhati-hati dari ketergantungan yang berlebihan kepada seoranginforman, terutama karena kemungkinan adanya pengaruh hubungan antar pribadi. Suatu cara yang rasional untuk mengatasi kesalahan ini adalah dengan mengandalkan sumber-sumber bukti lain untuk mendukung keterangan-keterangan informan tersebut dan menelusuri bukti yang bertentangan sehati-hati mungkin.

2.            Observasi Langsung
Observasi langsung dapat dilakukan dalam bentuk observasipartisipasi pasif terhadap berbagai kegiatan dan proses yang terkaitdengan studi (Sutopo, 1996: 137). Observasi langsung ini akandilakukan dengan cara formal dan informal, untuk mengamati berbagai kegiatan masyarakat dan bentuk-bentuk partisipasi mereka dalam pelaksanaan program itu.
Observasi tersebut dapat terbentang mulai dari kegiatan pengumpulan data yang formal hingga yang tidak formal. Bukti observasi seringkali bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan diteliti. Observasi dapat menambah dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun fenomena yang akan diteliti. Observasi tersebut bisa begitu berharga sehingga peneliti bahkan bisa mengambil foto-foto pada situs studi kasus untuk menambah keabsahan penelitian (Dabbs, 1996:113).

3.            Mencatat Dokumen (Content Analysis)
Teknik ini sering disebut sebagai analisis isi (content analysis) yang cenderung mencatat apa yang tersirat dan yang tersurat. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip tentangTingkat Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Masyarakatdalam studi kasus penelitian ini.Dalam psikologi, analisis isi menemukan tiga ranah aplikasi penting.Pertama adalah, analisis terhadap rekaman verbal guna menemukan hal-hal yang bersifat motivasional, psikologis atau karakteristik-karakteristik kepribadian.Aplikasi ini telah menjadi tradisi tentang pemanfaatan dokumen-dokumen pribadi, dan aplikasi analisis terhadap struktur kognitif.Aplikasi kedua adalah pemanfaatandata kualitatif yang dikumpulkan dalam bentuk jawaban ataspertanyaan terbuka (Krippendoff, 1991:11).
Di sini analisis isi memperoleh status teknis pelengkap yang memungkinkan peneliti memanfaatkan data yang hanya dapat dikumpulkan dengan cara yang tidak terlalu membatasi pokok bahasan dan menguji silang kesahihan temuan yang diperoleh dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda. Aspek ketiga menyangkut proses-proses komunikasi dimana isi merupakan bagian intergralnya (Krippendoff, 1991:11).



F.                 Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif (Miles dan Huberman, 1984). Dalam model analisis ini,tiga komponen analisisnya yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus hingga membentuk sebuah siklus. Dalam proses ini aktivitas peneliti bergerak di antara komponen analisis dengan pengumpulan data selama proses ini masih berlangsung. Selanjutnyapeneliti hanya bergerak diantara tiga komponen analisis tersebut.
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Secara sederhana dapat dijelaskan dengan “reduksi data” dan perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi.Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam caramelalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan, menggolongkannya dalam suatu pola yang lebih luas dan sebagainya. Sementara itu penyajian data merupakan alur penting yang kedua dari kegiatan analisis interaktif.Suatu penyajian, merupakan kumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.Sedangkan kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan atau verifikasi.(Paton, 1983:20).
Dengan demikian, model analisis interaktif ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam pengumpulan data model ini, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data samapai penyusunan kesimpulan. Artinya data yang didapat di lapangan kemudian peneliti menyusun pemahaman arti segala peristiwa yang disebut reduksi data dan diikuti penyusunan data yang berupa ceritera secara sistematis.Reduksi dan sajian data ini disusun pada saat peneliti mendapatkan unit data yang diperlukan dalam penelitian.Pengumpulan data terakhir peneliti mulai melakukan usaha menarik kesimpulan dengan menarik verifikas berdasarkan reduksi dan sajian data.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB IV
 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.                Tingkat Ekonomi Warga Dusun Wirogomo Lor
Masyarakat desa memiliki pendapatan yang tidak besar. Sebab kebanyakan dari mereka memiliki mata pencaharian di bidang agraria. Kekayaan di desa juga tidak hanya diukur dari berapa uang yang mereka miliki namun dari berapa jumlah ternak yang mereka punya. Ini adalah suatu dampak dari kurangnya teknologi di desa. Masyarakat desa kebanyakan menyimpan uangnya di rumah, atau di celengan. Padahal rumah juga tidak permanen, begitu pula celengan.
Apabila suatu hari terjadi kebakaran, atau bisa saja perampokan, yang berakibat pada hilangnya uang mereka. Ternak bisa terkena penyakit (seperti anthrax) dan mati. Kekayaan mereka tidak permanen. Mereka belum mengenal lebih dalam tentang fungsi dari bank. Atau bahkan ada yang belum mengenal bank sama sekali. Meski ada yang sudah menabung di koperasi, namun belum semua melakukannya.
Tingkat ekonomi tentu berpengaruh pada tingkat kesejahteraan. Dengan pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sulit untuk mengembangkan diri ke tingkat yang lebih tinggi, seperti menyekolahkan anaknya sampai ke universitas, atau membeli modal untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka juga kurang mampu membeli fasilitas penunjang seperti transportasi yang lebih efisien (mobil, motor, di desa masih dianggap sebagai barang mewah).
Di kota, tingkat ekonomi bervariasi. Ada yang miskin sekali dan ada yang sangat kaya raya. Kebanyakan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan adalah akibat urbanisasi. Walaupun begitu, masyarakat kota memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi di bidang ekonomi. Sebab dengan pengetahuan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mereka dapat lebih mengembangkan dirinya. Bahkan sekarang dengan teknologi internet, mereka bisa membuka usaha sendiri, bahkan meraup keuntungan sampai berjuta-juta rupiah setiap bulannya.
Aspek Ekonomi Berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap responden di daerah penelitian, secara umum tingkat keberdayaan masyarakat yang menjadi anggota kelompok tani Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang,Jawa Tengah masih tergolong rendah, baik untuk aspek ekonomi maupun aspek non ekonomi. Tingkat penghasilan anggota kelompok tani sebagian besar kurang lebihRp.1.500.000,- per bulan. Anggota kelompok tani sehari-hari bekerja sebagai petani, buruh tani dan peternak serta buruh pabrik. Sedangkan untuk luas lahan garapan petani relatif banyak dimana sebagian besar luasannya berkisar hanya 1 hektar. Aspek ekonomi yang meliputi akses usaha (kredit), akses pasar (informasi permintaan dan penawaran produk), dan akses teknologi (penyuluhan dan pemanfaatan teknologi tepat guna), sebagian besar responden kelompok tani (lebih dari 50%) mengaku tidak/belum pernah memperoleh kredit, mendapatkan informasi pasar, dan menerima penyuluhan/ pemanfaatan teknologi tepat guna. Tingkat keberdayaan anggota kelompok tani dalam memperoleh akses usaha berupa kredit masih relatif rendah, terbukti hanya 5 orang atau sebesar 19 persen yang pernah memperoleh bantuan kredit, seperti tersaji pada gambar 1a . Tingkat keberdayaan yang rendah dari responden antara lain disebabkan oleh: (1) anggota kelompok masih mengandalkan bantuan pemerintah yang terbatas; (2) belum terbiasa melakukan pengajuan bantuan usaha; dan (3) belum memiliki ketrampilan selain bertani dan berternak. Dalam pengajuan kredit untuk peningkatan usaha, anggota kelompok sangat terganutng pada ketua kelompok tani, anggota kelompok belum berani mengeluarkan pemikiran atau ide yang cemerlang.




       TABEL DATA MATA PENCAHARIAN WARGA DUSUN WIROGOMO LOR
No.
Nama
Alamat
Pendidikan
Mata Pencaharian
Tanggungan Keluarga
1.
Slamet Ripai
RT 04/24
SMA
Membuat batako
4
2.
Maskur
RT 04/04
SD
Petani
4
3.
-          Rukeni
-          Badi
RT 04/16
SMP
SD
Petani pohon aren
Ojeg
5
5
4.
Slamet
RT 01/19
SD
Buruh
6
5.
Kusriyadi
RT 04/9
Belum sekolah
Buruh Pabrik
3
6.
Asroni
RT 01/11
SMK
Petani Pohon Aren
4
7.
Sipyanmadi
RT 01/14
SD
Kuli Bangunan
3
8.
Slamet Parman
RT 03/12
SMP,
Lulus SMA
Penjual Sapi
4
9.
Asrodin
RT 03/3
SD
Petani Pohon Aren
3
10.
Sulurun
RT 01/03
SUDAH BEKERJA
Petani
5
11.
Sarwadi
RT 01/23
SD
Petani
5
12.
Muslimin
RT 02/06
SD
SMK
Kuli Bangunan
4

Dari 12 sampel di atas diketahui bahwa 5 KK di Dusun Wirogomo Lor. Hal itu berarti sebagian besar KK di Dusun Wirogomo Lor bekerja sebagai Petani Pohon Aren.
Dari hasil penelitian sebagian besar warga Dusun Wirogomo Lor bermata pencaharian Petani dengan letak geografis yang berada di Pelosok Kota Semarang membuat masyarakat Dusun Wirogomo Lor memiliki semangat juang untuk bekerja yang tinggi. Masyarakat Dusun Wirgomo Lor rata-rata kondisi perekonomian masyarakatnya tergolong menengah ke atas, namun masih terdapat juga masyarakat yang tergolong menegah ke bawah kondisi perekonomiannya. Kondisi sosial di Dusun Wirgomo Lor termasuk baik, karena menurut observasi penelitian yang dilakukan bahwa hubungan antara masyarakat cukup baik.

B.                Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perekonomian Warga Dusun Wirogomo Lor
Kondisi perekonomian masyarakat Dusun Wirogomo Lor sangat bervariasi namun rata-rata tergolong masyarakat menengah ke bawah. Mata pencaharian masyarakat Dusun Wirogomo Lor bervariasi, ada yang menjadi petani pohon nira aren, sopir, tukang bangunan bahkan buruh pabrik. Kondisi perekonomian yang tergolong dalam masyarakat menengah tersebut masih dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari warga masyarakat Wirogomo Lor. Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Kondisi perekonomian yang tergolong dalam masyarakat menengah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pola hidup di Dusun Wirgomo Lor.  Faktor yang mempengaruhi konsumsi,yaitu :
A.                Pendapatan
Pendapatan konsumen berpengaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan konsumsi, konsumsi cenderung semakin besar pula. Sebaliknya, konsumen yang berpendapatan rendah biasanya tidak akan banyak melakukan kegiatan konsumsi karena daya belinya juga rendah. Contohnya ada seorang ibu warga Dusun Wirogomo Lor yang memiliki suami hanya bekerja sebagai kuli bangunan. Tetapi kebutuhan rumah tangganya sendiri lebih besar daripada penghasilan suaminya.
B.                 Motivasi
Setiap orang mempunyai motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi. Ada yang melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Namun ada pula orang yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Sebagian lain mengkonsumsi barang/jasa tertentu demi memperlihatkan status sosial/gengsi. Misalnya seorang siswa membeli handphone keluaran terbaru agar dianggap keren oleh teman-temannya. Contohnya anak sekolah di Dusun Wirogomo bersekolah kira-kira menempuh jarak 1km, anak ini dengan manjanya meminta bapaknya untuk membelikan motor. Padahal jarak yang ditempuh lumayan dekat jika berjalan.
C.                 Sikap dan kepribadian
Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang yang hemat hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan, sementara orang yang boros seringkali membeli barang-barang diluar perhitungannya. Orang yang menyukai barang kuno akan berani membeli barang itu dengan harga tinggi, sementara orang yang tidak menyukai barang kuno tidak akan membeli barang itu meskipun diberi gratis. Contohnya Ibu Leny adalah seorang warga Dusun Wirogomo Lor, ia hanya memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Walaupun suka dikucilkan karena dianggap hidup miskin, ia selalu berusaha menabung untuk kebutuhan anaknya di masa yang akan datang.
D.         Selera
Masing-masing individu mempunyai selera yang berbeda-beda dalam memilih berbagai jenis barang/jasa. Ini juga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Misalnya, meskipun sama-sama remaja, kalian dan teman-temanmu memiliki selera yang berbeda dalam pemilihan benda konsumsi. Contohnya ada salah satu warga Dusun Wirogomo Lor. Contoh ada seorang ibu yang memiliki penghasilan yang dibilang baik. Ia terkenal angkuh. Ia terlalu bergaya kekotaan sehingga tidak cocok bersosialisasi di desa.


1.      Faktor Eksternal

1)      Kebudayaan
Kebudayaan yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat di daerah tersebut.Di Jepang dan Cina, orang makan dengan menggunakan dengan menggunakan sumpit. Sementara di negara barat, sendok dan garpu sering ditemani pisau. Bagaimana dengan warga Dusun Wirogomo Lor? Mereka terkadang menggunakan sendok dan garpu, atau pun tidak menggunakan alat makan. Melainkan menggunakan tangan kosong.
2)      Status Sosial
Status/posisi seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola konsumsi orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas berbeda dengan konsumsi sopir, tukang kayu, atau pengusaha kecil. Bagi tukang kayu, makan nasi dan tempe sudah cukup. Namun bagi seorang konglomerat, harus ada pilihan lauk hingga lima macam dan tempatnya harusnya mewah.
3)      Harga Barang
Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa bila harga barang naik, konsumsi akan menurun, dan bila harga barang rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku untuk tingkat harga barang substitusi, seperti yang sudah yang diuraikan dalam pembahasan tentang hukum permintaan dan penawaran. Harga barang di Jawa Tengah, termasuk Dusun Wirogomo Lor termasuk murah. Kebetulan waktu saya menjadi penyortir baju. Saya dan kawan-kawan melakukan pembagian harga. Harga pakaian seperti baju harganya dipatok mulai dari harga 15-2 ribu rupiah. Bayangkan mana ada baju yang harganya sampai 2 ribu. Sangat murah bukan!


C.               PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP POLA HIDUP
Bersamaan dengan peningkatan tersebut kemajuan ekonomi, teknologi di bidang industri, komunikasi dan transportasi, terutama di kota-kota besar, dikhawatirkan dapat merubah gaya hidup seseorang termasuk pola hidup sedentary (aktivitas sedang) dan pola makannya yang cenderung mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar lemaknya. Didukung adanya fasilitas dan sarana yang memadai sehingga sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah dapat menyebabkan terjadinya pemasukan energi yang melebihi pengeluarannya.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh keadaan sosio-ekonomi terhadap pola konsumsi makan dan hubungannya dengan status gizi (khususnya obesitas) pada lansia. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
-          Mengetahui keadaan sosio-ekonomi responden dan pengaruhnya terhadap tingkat kecukupan zat gizi (energi, lemak, protein).
-          Mengetahui hubungan antara tingkat kecukupan energi, protein dan lemak dengan obesitas.
-          Mengetahui hubungan antara kebiasaan makan dengan obesitas. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan obesitas.
-          Mengetahui hubungan antara frekuensi olahraga dengan obesitas.
D.               CARA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KELUARGA
Cara meningkatkan perekonomian keluarga di Dusun Wirogomo Lor,yaitu  :
ü  Memanfaatkan lahan pertanian secara maksimal.
ü  Meningkatkan kualitas bibit tanaman yang unggul.
ü  Meningkatkan sumber daya manusia di Desa.
ü  Menciptakan sumber Daya Manusia pedesaan yang Kreatif.
Dll

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB V
PENUTUP

A.               Kesimpulan
Ekonomi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia mencukupi kebutuhan hidupnya. Dusun Wirogomo Lor adalah daerah yang sebenarnya masih berlahan luas. Tidak menutup kemungkinan penduduknya hamper 75% bermata pencaharian sebagai petani, tetapi karena sudah banyak terkontaminasi dengan bidang pekerjaan lain, yaitu supir, buruh pabrik, kuli bangunan, pegawai sekolah dan wirausaha. Maka, lahan yang sangat luas itu sudah mulai tidak banyak yang mengolahnya atau tidak banyak yang menjadi seorang petani.
Teori Konsumsi adalah teori   yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Bagi para warga Dusun Wirogomo Lor yang sudah mengalami tingkat ekonomi yang sudah sedikit mapan kebanyakan berpola hidup konsumtif atau pun boros. Sehingga taraf hidup warga tersebut tidak mengalami banyak peningkatan.

B.                 SARAN
Setelah melakukan penelitian dengan cara tinggal didalam komunitas penduduk, melakukan pengamatan, wawancara dan survey. Kami sebagai siswa/siswi bisa memahami dan mengerti perilaku dan pola hidup masyarakat di Dusun Wirogomo Lor yaitu perilaku hidup yang positif dan yang Negatif.
Dalam tulisan ini kami uraikan tentang pola hidup yang konsumtif dan pola hidup yang sederhana.
Diharapkan dengan tulisan ini kami sebagai penulis bisa memberi masukan bagaimana bisa membuat hidup Hemat, Meningkatkan taraf hidup , menciptakan sumber daya penduduk .



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA

Apridar. 2010. TEORI EKONOMI: Sejarah dan Perkembangannya. ed.I. Yoyakarta: Graha Ilmu

Sudjatmiko,Budiman dan Yando Zakaria. 2015. Desa Kuat,Indonesia Hebat!. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia

Departemen Pendidikan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.III. Jakarta: Balai Pustaka dan Kebudayaan








------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

LAMPIRAN
Gambar 1.1 Kegiatan Pasar Murah di Dusun Wirogomo Lor
Gambar 1.2 Kegiatan Pasar Sandang Murah
Gambar 1.3 Kegiatan Transaksi Jual beli









3 komentar:

  1. PELUANG LOAN !!!
    Apakah Anda mencari pemberi pinjaman swasta? Apakah Anda membutuhkan pinjaman segera? Apakah kamu memiliki kredit buruk? Apakah bank anda gagal? Saya dapat membantu Anda mendapatkan pinjaman. Tidak ada jaminan yang dibutuhkan.
    Saya adalah investor swasta yang mengkhususkan diri dalam menyediakan semua jenis dana investasi, termasuk reksa dana, pinjaman pribadi, pinjaman usaha, pinjaman real estat, pinjaman kombinasi, pinjaman konsolidasi, pinjaman komersial dan banyak lagi.
    Bebas scam dan legit
    Tidak ada permainan, bisnis saja
    Jumlah Pinjaman: Minimal $ 1.000 sampai jumlah pinjaman maksimum $ 5.000.000,00
    Suku bunga pinjaman: 2%
    Area pinjaman: seluruh dunia
    Durasi maksimal: sampai 20 tahun
    Tidak ada penalti prabayar
    Pendanaan segera setelah dokumentasi dan persetujuan yang benar.
    Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami melalui pesan melalui email pribadi kami di theresaloancompany@gmail.com...

    BalasHapus
  2. rb88 - All Bets
    rb88.com - All rb88 Bets dafabet link - The best site for betting on Horse Racing and eSports. rb88.com has a fantastic range of markets, a 카지노 high odds offer & much more.

    BalasHapus
  3. Grand Vegas Casino & Hotel | MapYRO
    Grand 군포 출장마사지 Vegas Casino 부산광역 출장마사지 & Hotel Las 광주 출장샵 Vegas' 태백 출장샵 largest hotel in the 상주 출장안마 world, located in the heart of Downtown Las Vegas. Casino. Grand Vegas Casino

    BalasHapus