(halaman sampul)
TINGKAT
EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA HIDUP WARGA DUSUNWIROGOMO LOR, DESA WIROGOMO, KECAMATAN BANYUBIRU,
KABUPATEN
SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH DAN
PESERTA DIDIK
SMA MARSUDIRINI BEKASI
Makalah Disusun Dalam Rangka
Memenuhi Tugas
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
![]() |
Disusun oleh :
Nama : Regina
Olga Andani
Kelas : XI IPS
3
No : 31
SMA Marsudirini
Jalan Raya Narogong No 202 -
Bekasi
Tahun Pelajaran 2014-2015
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TINGKAT
EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA HIDUP WARGA DUSUN WIROGOMO LOR, DESA WIROGOMO, KECAMATAN BANYUBIRU,
KABUPATEN
SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH DAN
PESERTA DIDIK
SMA MARSUDIRINI BEKASI
Makalah Ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas
Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia
![]() |
Disusun oleh :
Nama : Regina
Olga Andani
Kelas : XI IPS
3
No : 31
SMA Marsudirini
Bekasi
Jalan Raya
Narogong No 202 - Bekasi
Tahun ajaran 2014-2015
(halaman pengesahan)
Tingkat Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Warga
Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi
Jawa Tengah dan Peserta Didik
SMA Marsudirini Bekasi
Disusun oleh :
Nama
: Regina Olga Andani
Kelas
: XI IPS 3
No
: 31
Makalah ini
telah dibaca dan disetujui oleh guru
pembimbing pada
tanggal 22 Maret
2014
Mengetahui, Menyetujui,
Wali Kelas Guru
pembimbing
Tatik
Wulandari, S.Si. Dra. Ch.
Hermin Ambarwati
------------------------------------------------------------
ABSTRAK
Penelitian mengenai “Tingkat
Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Warga Dusun Wirogomo Lor, Desa
Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah” bertujuan untuk menjelaskan bagaimana tingkat perekonomian dan
pengaruhnya terhadap pola hidup masyarakat Dusun Wirogomo Lor, menjelaskan faktor-faktor ekonomi yang
mempengaruhi pola hidup masyarakat Dusun Wirogomo Lor, menjelaskan pengaruh
ekonomi terhadap pola masyarakat Dusun Wirogomo Lor, dan menjelaskan upaya untuk memperbaiki perekonomian terhadap pola hidup
masyarakat Dusun Wirogomo Lor.
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai
metode, yaitu metode observasi dan kuesioner dan metode deskriptif serta teknik
pengumpulan data yang dilakukakan dengan cara mewawancarai beberapa warga Dusun
Wirogomo Lor dengan beberapa teknik wawancara dan
pendekatannya, pengamatan, serta studi pustaka. Pola hidup masyarakat
Dusun Wirogomo Lor buruk seperti berperilaku boros dalam
mengelola keuangan dan kebiasaan berbelanjan berlebihan serta mengkonsumi
makanan yang mengandung MSG. Dari hasil pengumpulan data serta penelitian
yang dilakukan oleh penulis dapat diambil kesimpulan bahwa pola hidup yang buruk di Dusun
Wirogomo Lor membawa dampak negatif bagi dirinya sendiri
dan sekitarnya.
Untuk mengubah pola hidup masyarakat yang kurang baik menjadi lebih
baik, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pola hidup
yang kurang baik tersebut.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat
dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.Makalah ini sebagai hasil penelitian tingkat ekonomi
dan pengaruhnya terhadap pola hidup masyarakat di Dusun Wirogomo Lor, Desa
Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Penulis mempunyai keyakinan bahwa didalam masyarakat dusun Wirogomo Lor
memiliki tingkat ekonomi yang mencukupi untuk kebutuhan hidupnya dimana mereka
mampu mengusahakan segala sesuatunya sendiri, baik itu dalam bentuk pangan,
sandang dan papan. Dari penelitian yang diteliti penulis, ternyata masyarakat
Dusun Wirogomo Lor ini mampu untuk mengusahakan atau mengadakan swadaya
masyarakatnya dengan baik sehingga tidak ada satu pun keluarga yang mengalami
kesulitan dalam makanan atau hal-hal pokok lainnya yang merupakan kebutuhan
dasar setiap manusia yang hidup dan bernafas di bumi ini. Tetapi, walaupun
mereka berusaha mencari penghasilan untuk menghidupi masing-masing keluarganya,
masih banyak orang-orang yang menjadi konsumtif terhadap kebutuhan yang tidak
ingin dicapai. Akibatnya hidup warga itu akan boros.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidaklah bisa selesai tanpa bantuan
orang lain yang membantu penulis dengan cara yang berbeda-beda. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yang
diantaranya :
1.
Dra. Sr. M. Stefanie, OSF selaku kepala sekolah SMA
Marsudirini Bekasi karena telah memberikan sarana kepada penulis untuk belajar
dan berkembang, tidak hanya di sekolah tetapi juga pada kegiatan KKSM di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
2.
Ibu Dra. Ch. Ambarwati, S.Pd., sebagai guru bahasa
Indonesia, yang telah memberikan kesempatan dan membimbing penulis dalam
membuat dan menyelesaikan karya tulis ini.
3.
Papi Sigit dan TIM ”TEMEN MAEN” yang telah
mengatur dan membantu segala kegiatan yang telah berlangsung dalam kegiatan
KKSM ini, sehingga berjalan dengan sukses dan lancar.
4.
Ibu Bernadeta Tatik Purwandari, S.Pd., selaku wali kelas XIS3 yang
telah membantu kegiatan penulis selama penulis menjalani kegiatan KKSM.
5.
Semua wali kelas XI yang telah mendampingi kami dalam segala aktivitas
dan kegiatan dalam program KKSM 2015 ini.
6.
Keluarga Bapak Kusriyadi yang telah merawat penulis sebagai keluarga
penulis selama program KKSM di Dusun Wirogomo Lor.
7.
Warga dusun Wirogomo Lor
yang telah membimbing seluruh peserta KKSM saat kegiatan berlangsung.
8.
Semua teman-teman penulis untuk bantuan dan
dukungan yang telah diberikan, baik dalam bentuk materil maupun moril, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
9.
Segenap pihak-pihak yang terlibat, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dalam penyusunan karya tulis ini.
Penulis juga mengucapkan mohon maaf apabila terdapat
kata-kata dan penulisan yang tidak berkenan serta semua kesalahan-kesalahan
yang tidak di sengaja. Penulis menyadari bahwa makalah ini berada jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran masukan
dari para pembaca. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan banyak manfaat
bagi para pembacanya dan memberi sedikit sumbangsih pengetahuan bagi
masyarakat.
Bekasi, 19 Februari
2015
Penulis
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
cover......................................................................................................... i
Halaman
sampul....................................................................................................... ii
Lembar pengesahan................................................................................................. iii
Abstrak….………………………………………………………………………...iv
Kata Pengantar…………………………………………………………………....v
Daftar Isi…………………………………………………………………………..vii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………..6
D. Batasan Istilah dan Perumusan Variabel………………………………..6
E. Manfaat Penelitian………………………………………………………6
F. Hipotesis………………………………………………………………...9
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………….10
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………..23
A. Lokasi Penelitian………………………………………………………23
B. Bidang Penelitian………………………………………………………23
C. Bentuk atau Strategi Penelitian………………………………………...23
D. Sumber Data…………………………………………………………...25
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………..26
F. Teknik Analis…………………………………………………………..29
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………………………..31
A. Tingkat Ekonomi Warga Dusun Wirogomo…………………………...31
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Perekonomian…………...34
1. Pendapatan……………………………………………………...34
2. Motivasi………………………………………………………....34
3. Sikap dan Kepribadian…………………………………………..35
4. Selera…………………………………………………………….35
C. Pengaruh Tingkat Ekonomi terhadap Pola Hidup………………………37
D. Cara Meningkatkan Perekonomian Keluarga…………………………..37
BAB V
PENUTUP………………………………………………………………...38
A.
Kesimpulan……………………………………………………………..38
B.
Saran……………………………………………………………………38
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..39
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pola hidup setiap orang
berbeda – beda dapat dilihat dari pola makan, tingkat ekonomi, letak geografis,
budaya, keluarga, dan sosial.
Banyak orang yang sudah
melupakan bagaimana caranya mempertahankan pola hidup baik, seperti budaya
hidup yang konsumtif dan sangat berpengaruh terhadap pola hidup warga dusun
Wirogomo Lor. Pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor rata-rata mengkonsumsi
makanan yang masih segar tanpa bahan pengawet. Tetapi, peneliti melihat
sebagian besar warga di dusun Wirogomo Lor mengkonsumsi makanan yang tidak
bermerk dan terlalu bayak mengandung MSG (Monosodium Glutamat) serta makanan
yang mengandung zat – zat berbahaya bagi tubuh.Selain itu, berperilaku boros
dalam mengelola keuangan dan kebiasaan berbelanja berlebihan.
Banyak hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap kemampuan
dan keberadaan seseorang untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan
tempat dimana seseorang itu tinggal. Selain itu kondisi sosial ekonomi juga
sangat berpengaruh terhadap kedudukan seseorang dalam masyarakat. Misalnya,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mampu pula ia
beradaptasi dan berinteraksi, dan juga semakin tinggi kedudukannya dalam masyarakat
dan begitu pula sebaliknya. SMA Marsudirini Bekasi salah satu penelitian yang
dimaksud di atas adalah penelitian yang dilakukan di Dusun Wirogomo Lor, Desa
Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang
menunjukkan bahwa anggota masyarakat yang memiliki penghasilan yang rendah
mengakibatkan tidak mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari berpengaruh terhadap
kondisi sosialnya, yang ditandai dengan sikap rendah diri, menjauhkan diri dari
lingkungan, dan bahkan bersikap apatis (Cahyani, 1994 : 64).
“Ekonomi
dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat. Pembangunan ekonomi
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat, dan perbaikan pada
kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat
adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas
pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin
dicapai dalam sistem kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis,
serta tersedianya pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di tangan
pemerintah melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap
anggota masyarakat.” (Suryandari, 2008).
Dilihat dari sisi tingkat
ekonomi di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
Semarang, Jawa tengah sebagian besar warganya hanya mampu mengkonsumsi makanan
seperti sayur - sayuran, ikan dan lain
- lain, tetapi ada juga warga yang mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi
seperti singkong, jagung dan umbi – umbian yang lain, karena sebagian warga di
dusun Wirogomo Lor kurang mampu perekonomiannya. Rata-rata warga Dusun Wirogomo
Lor hidup kurang mampu dibanding orang kota. Pola hidup yang baik dan benar
justru dimenangkan oleh warga pedesaan. Karena mereka masih mengkonsumsi
makanan yang tidak mengandung zata – zat yang berbahaya bagi kesehatan, tidak
seperti warga kota yang cenderung mengkonsumsi makanan – makanan yang serba
instan.
“Kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah
keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri” (Kamus Besar Bahas
Indonesia Edisi II, Balai Pustaka, 1994, Jakarta)
“Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat
dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia” (UU no 5/1979)
Berdasarkan potensi fisik dan nonfisik, desa dibagi
menjadi 3:
-
Desa Swadaya: Desa yang belum
dapat memanfaatkan potensi yang ada (terutama sumber daya alam) karena
kekurangan tenaga kerja dan dana. Desa ini terletak di daerah yang masih
terpencil. Penduduknya rata-rata tidak berpendidikan atau berpendidikan sampai
SD, dan kebanyakan masih terikat dengan tradisi, selain itu mereka juga masih
miskin. Mata pencaharian penduduk kebanyakan masih bercocok tanam. Fasilitas
sarana dan prasarana sangat kurang, dan transportasi dari dan ke desa masih
belum memadai.
-
Desa Swakarsa: Desa yang baru
mulai memanfaatkan potensi yang ada tetapi kekurangan dana. Desa ini terletak
di daerah-daerah peralihan antara daerah kota dan daerah terpencil. Masyarakat
desa ini sudah banyak mengenyam pendidikan meskipun jarang yang sampai tingkat
universitas (kebanyakan lulusan SD-SMA), ikatan tradisi sudah mulai menghilang
dan keadaan ekonomi sudah mulai meningkat. Mata pencaharian penduduk sudah
mulai bervariasi, tidak hanya di bidang pertanian. Fasilitas sarana dan
prasarana sudah mulai ada, dan dibuat secara bergotong royong, mengingat dana
masih terbatas. Transportasi dari dan ke desa sudah mulai ada, seperti
pembuatan jalan.
-
Desa Swasembada: Desa yang sudah
memanfaatkan semua potensi yang ada secara optimal. Selain memiliki potensi
yang memadai, dana dan tenaga sudah tersedia. Desa ini biasanya terletak di
daerah perkotaan. Kehidupannya sudah mulai modern karena mendapat pengaruh dari
kota. Masyarakat di desa ini hampir semua sudah mengenyam pendidikan, bahkan
cukup banyak yang sampai ke tingkat universitas. Ikatan tradisi sudah
menghilang dan keadaan ekonomi cukup tinggi. Mata pencaharian penduduk sudah
sangat bervariasi, mulai dari bidang pertanian sampai dengan jasa. Fasilitas
sarana dan prasarana yang dibangun sudah cukup baik. Transportasi dari dan ke
desa sudah lancar.
Pola hidup yang baik tentu
saja akan berakibat baik bagi kesehatan tubuh. Menurut Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmojo, pola hidup merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Kondisi
sosial ekonomi masyarakat adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak
dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. (Soekanto, 1990 :
181).
Hal ini merupakan
konsekuensi logis, dimana sosial ekonomi merupakan salah satu nilai yang
dijunjung tinggi dalam masyarakat. Sebagai suatu nilai, maka semakin tinggi
kondisi sosial ekonomi, maka kedudukan dan statusnya dalam masyarakat akan
semakin tinggi pula. Dapat kita dilihat dalam kehidupan masyarakat, dimana
seseorang yang mempunyai status ekonomi yang tinggi biasanya mempunyai kedudukan
dalam masyarakat tersebut. Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi seseorang
dapat kita ketahui dengan melihat tiga factor, yakni : pekerjaan, tingkat
pendidikan dan penghasilan. Dalam hal ini dapat digunakan kategori mengenai
kedudukan sosial ekonomi adalah tinggi, sedang , dan rendah.
Hal ini disebabkan oleh
tidak mampunya seseorang tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
seseorang itu, mau tidak mau harus meminta bantuan pada orang lain. Proses
inilah yang menyebabkan status sosialnya rendah dikarenakan masyarakat
menganggapnya tidak mampu. Sementara itu dinyatakan bahwa kondisi sosial
ekonomi masyarakat juga menentukan tingkat pendapatan dan keberhasilan
seseorang dalam masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat akan berpengaruh
terhadap keberhasilan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat,
maka semakin terampil dan berhasil dalam pekerjaan, sehingga berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan (Malo, 1980 : 55).
Keheterogenan masyarakat
Dusun Wirogomo Lor ini, terutama dapat dilihat dari status sosial ekonominya,
dimana tingkat sosial ekonomi masyarakatnya beraneka ragam. Sebagian
masyarakatnya sudah tergolong pada tingkat sosial ekonomi yang mapan, dan
sebagian lagi masih pas-pasan. Jadi terlihat adanya ketidakmerataan tingkat
sosial ekonominya. Hal inilah sebenarnya, yang merupakan fenomena yang menjadi
bahan perhatian penulis, apa sebenarnya yang merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Perhiasan sehingga terjadi
ketidakmerataan pada tingkat sosial ekonomi mereka. kemudian ditambah lagi
keinginan penulis untuk mengkonfirmasikan, Universitas Sumatera Utarasekaligus
memberikan masukan mengenai upaya-upaya yang mungkin dapat dilaksanakan dalam
pemecahan masalah ketidakmerataan tersebut.
Walaupun penelitian tentang
sosial ekonomi sudah banyak dilakukan oleh para peneliti, namun hal ini mungkin
akan memberikan perbedaan dengan hasil peneliti-peneliti yang lain, disebabkan
lokasinya yang terletak di pedalaman dengan perbedaan sosial ekonomi masyarakatnya
yang sangat tinggi.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang dapat
dikaji pada makalah ini, yaitu:
1.
Apa yang dimaksud
dengan pola hidup?
2.
Bagaimana tingkat
ekonomi warga Dusun Wirogomo Lor?
3.
Bagaimana pola hidup
warga Dusun Wirogomo Lor?
4.
Apa pengaruh tingkat
ekonomi terhadap pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor?
5.
Bagaimana cara
meningkatkan pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor dengan tingkat ekonomi yang
ada?
B. Tujuan Penelitian
Berdasakan
rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat tujuan makalah ini sebagai berikut:
1.
Menjelaskan pengertian
pola hidup
2.
Menjelaskan tingkat
ekonomi warga Dusun Wirogomo Lor
3.
Menjelaskan pola hidup
warga Dusun Wirogomo Lor
4.
Menjelaskan pengaruh
tingkat ekonomi terhadap pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor
5.
Menjelaskan cara
meningkatkan pola hidup warga Dusun Wirogomo Lor dengan tingkat ekonomi yang
ada
C. Batasan Istilah dan Perumusan Variabel
Judul
makalah ini adalah Tingkat Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup
Warga Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah. Sebagai gambaran umum mengenai inti pokok makalah ini, maka kata-
kata pokok yang menyusun judul tersebut dapat diuraikan dengan menjadi batasan
istilah dalam makalah ilmiah ini, yaitu sebagai berikut:
Tingkat : kb.
tinggi rendah kedudukan; tinggi rendah jabatan; tinggi rendah peradaban1
Perekonomian : perilaku
orang dan masyarakat dalam memilih menggunakan sumber daya yang langka dan yang
memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai
komoduiti untuk kemudian menyalurkannya --- baik saat ini maupun di masa depan
--- kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat[1]
Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk
watak,kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
hal.664)
Pola : Sistem, cara, bentuk struktur yang tetap3
Hidup : Masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.4496)
Warga : kb. Anggota masyarakat, anggota keluarga, anggota perkumpulan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, …
D. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi beberapa pihak yaitu
1.
Bagi penulis
Dengan adanya makalah ini
penulis dapat mengerti tentang hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya.Penulis
juga dapat menambah wawasan dan pengetahuannya terutama mengenai seluk beluk
pendidikan. Penulisan makalah ini sendiri juga menjadi proses pembelajaran bagi
penulis. Penulis mendapatkan pengalaman dari awal hingga akhir pembuatan
makalah. Makalah ini dapat dijadikan pembelajaran untuk kedepannya.
2.
Bagi peserta didik SMA Marsudirini
Dengan adanya penulisan
makalah ini, penulis berharap sekolah dapat menyadarkan peserta didik akan
pentingnya pendidikan dan betapa beruntungnya peserta didik dapat menikmati
fasilitas pendidikan yang layak sehingga dapat mendukung peserta dalam
menunjang prestasinya.Selain itu adanya makalah ini penulis berharap peserta
didik dapat semakin semangat untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya karena
pendidikan dapat memajukan kehidupan di berbagai sektor.
3.
Bagi warga Dusun Wirogomo Lor
Dengan adanya penulisan
makalah ini, penulis berharap warga Dusun Wirogomo Lor dapat meningkatkan rasa
peduli terhadap pendidikan dan menumbuhkan motivasi untuk meraih pendidikan
setinggi-tingginya sehingga dapat membangun dan memajukan DusunWirogomo Lor.
4.
Bagi masyarakat umum
Dengan adanya makalah ini
penulis berharap masyarakat dapat lebih peduli akan pentingnya pendidikan dan
dapat turut mengembangkan pendidikan di Indonesia
5.
Bagi pemerintah
Dengan adanya makalah ini
penulis berharap pemerintah dapat memperhatikan pendidikan di kota-kota terpencil serta dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia mulai dari membangun
fasilitas-fasilitas yang memadai sampai meningkatkan kualitas tenaga pendidik.
E. Hipotesis
Berdasarkan
deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Kehidupan
warga desa dan warga kota sangatlah berbeda. Dilihat dari segi ekonomi dan mata
pencaharian juga berbeda. Hal itu sama dengan segi pola hidupnya. Apabila
ternyata pola hidup warga desa lebih baik atau buruk daripada warga kota maka
dugaan terbukti atau tidaknya dilihat dari kesimpulan.
[1] Tim Primapena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.
762.
2 Drs. T.
Gilarso, SJ. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro
(Jakarta, 2004) hal. 34 mengutip Paul A. Samuelson Drs
3Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi 3 (Jakarta: 2001), hal. 796.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
LANDASAN TEORI
Paul
Anthony Samuelson, seorang professor ekonomi dari Massachusetts Institute of
tehnology (MIT), mengumpulkan sekurang-kurangnya enam buah definisi dari para
ahli lain. Keenam definisi itu
masing-masing adalah :
1.
Ilmu Ekonomi, atau ekonomi politik (political
economy) adalah suatu studi tentang kegiatan-kegiatan yang dengan atau tanpa
menggunakan uang, mencakup atau melibatkan transaksi-transaksi pertukaran antar
manusia.
2.
Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai
bagaimana orang yang menjatuhkan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan
sumber-sumber produk (tanah), tenaga kerja, barang-barang modal, misalnya mesin
dan pengetahuan tehnik yang langka dan jumlahnya terbatas, untuk menghasilkan
berbagai barang (misalnya gandum, daging, mantel, prahu layar, jalan raya,
pesawat dll) serta mendistribusikannya kepada anggota masyarakat untuk mereka konsumsi.
3.
Ilmu ekonomi adalah studi tentang manusia dalam
kegiatan hidup mereka sehari-hari untuk mendapat dan menikmati kehidupan.
4.
Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana
manusia bertindak untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan konsumsi dan
produksinya.
5.
Ilmu ekonomi suatu studi tentang kekayaan.
6.
Ilmu ekonomi suatu studi tentang cara-cara
memperbaiki masyarakat.
Umumnya secara definitive, ilmu ekonomi
merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran karena inti permasalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan
antara keinginan (wants) manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas
kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (scarcity).
Konsep konsumsi, yang merupakan konsep yang di
Indonesiakan dari bahasa inggris”Consumtion”.
“Konsumsi adalah
pembelanjaan atas barangbarang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan
tersebut.Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari
bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian /
penggunaan barang dan jasa.Sedangkan pelaku konsumen adalah bagaimana ia
memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai
situasi.”
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian,
dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau
konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.(Dumairy, 1996)
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam
perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel)
perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : i.
Fungsi konsumsi ialah : C = a + By. Dimana a adalah konsumsi rumah tangga
ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C
adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.
Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan
antara pendapatan disposebel dengan konsumsi dan pendapatan diposebel dengan
tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan
menabung.Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan
mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi ratarata.Kencondongan
mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah
inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan
sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan
pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat
dihitung dengan menggunakan formula : MPC = Yd . CΔ
Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan
dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai
perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat
pendapatan disposebel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC
dapat dihitung dengan menggunakan formula : APC = Yd.C
Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi
dua yaitu kencondongan menabung marginal dan kecondongan menabung
rata-rata.Kecondongan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal
Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS)
dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan
menggunakan formula : MPS = Yd.SΔ.
Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan
dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukan perbandingan di
antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung
dengan menggunakan formula : APS = Yd.S (Sadono
Sukirno, 2003: 94-101).
1.
Teori Konsumsi John Maynard Keynes
Dalam teorinya Keynes
mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang
konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual.Pertama dan terpenting
Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal
propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap
tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.Kecenderungan mengkonsumsi
marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan
pengangguran yang kian meluas.Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi
perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari
umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.
Kedua, Keynes
menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika
pendapatan naik.Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia
barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan
mereka ketimbang si miskin.
Ketiga, keynes
berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan
tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh
tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa
pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari
pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.Berdasarkan tiga
dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai C = C + cY, C > 0,
0 < c < 1
Keterangan :
C = konsumsi
Y = pendapatan disposebel
C = konstanta
c = kecenderungan mengkonsumsi marginal
(N.G Mankiw, 2003 : 425-426)
Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi
konsumsi Keynes :
·
Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan
hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya
dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.
·
Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional
yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan
nasional yang terjadi atau current national income.
·
Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes
variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan
nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan
permanen dan sebagainya.
·
Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk
garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung.
(Soediyono Reksoprayitno, 2000: 146 ).
2.
Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan
Permanen (Milton Friedman)
Teori dengan hipotesis
pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman.Menurut teori ini pendapatan
masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent
income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian
dari pendapatan permanen adalah :
·
Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan
dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.
·
Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan
kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara
adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno
Mangkoesoebroto, 1998: 72).
Friedman menganggap
pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan
permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun
konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan
sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan
sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula
bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan
mengurangi konsumsi. (Suparmoko, 1991: 70).
3.
Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup
Teori dengan hipotesis
siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan
bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa
pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya
dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.
Karena orang cenderung
menerima penghasilan / pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia
menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi
sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai
tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan
membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan
mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.
Selanjutnya Modigliani
menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah
laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan
seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena
adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam
jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan
sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pension saja. Apabila
terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat
dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini
akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan
melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti
perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain.
(Suparmoko, 1991: 73-74).
4.
Teori Konsumsi dengan
Hipotesis Pendapatan Relatif
James Dusenberry
mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama
oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan
berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi.
Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya
saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah,
tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan
bertambah besar dengan pesatnya.
Kenyataan ini terus
kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai
kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan
pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi,
sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu
cepat. (Soediyono Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan
dua asumsi yaitu :
a)
Selera sebuah rumah tangga atas barang
konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga
dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.
b)
Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel.
Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan
pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.(Guritno
Mangkoesoebroto, 1998: 70).
A.
BEBERAPA VARIABEL LAIN
YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI
Perkembangan ekonomi
yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi
pengeluaran konsumsi selain pendapatan nasional, inflasi, suku bunga, dan
jumlah uang beredar seperti sebagai berikut:
1.
Selera
Di antara orang-orang yang
berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi
lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan ada nyaperbedaan sikap
dalam penghematan (thrift).
2.
Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi
misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan
akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya
pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga
dengan pendapatan yang ia sisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah
rendah. Yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada
kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya
perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka
naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat.
3.
Kekayaan
Kekayaan secara
eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat
sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan
permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani
menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan
faktor penting dalam menentukan konsumsi.
4.
Keuntungan /
Kerugian Capital
Keuntungan kapital
yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya
konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi.
Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi
agregat dan keuntungan kapital karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang
yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan
perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Sebaliknya Kul B.
Bhatia dan Barry Bosworth menemukan hubungan yang positif antara konsumsi dengan
keuntungan kapital.
5.
Tingkat harga
Naiknya pendapatan
nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama
tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi
riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara
proposional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion)
seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi
riilnya maka dikatakan mengalami “ilusi uang” seperti yang dikemukakan Keynes.
6.
Barang tahan lama
Barang tahan lama
adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya
lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya
fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan
lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, tidak membelinya lagi
dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti
ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang. Pengeluaran konsumsi
untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada
periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi.
7.
Kredit
Kredit yang diberikan
oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang
dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli
barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun
demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah
tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak,karena apa yang mereka beli
sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan
memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit,
misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak
merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit,
sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan.
Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang hurus dibayar secara
kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang
yang harus dibayar dengan kredit. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya
kejelasan mengenai pengaruh kredit terhadap pengeluaran konsumsi. (Suparmoko,
1991: 74-77).
B.
PRINSIP TEORI KONSUMSI
1.
Barang (goods) yang di konsumsi
mempunyai sifat semakin banyak akan semakin besar manfaatnya. Dengan demikian,
jika sesuatu yang bila dikonsumsi semakin banyak justru mengurangi kenikmatan
hidup (bad) tidak dapat didefinisikan sebagai barang, misalnya penyakit.
2.
Utilitas (utility)adalah manfaat yang
diperoleh seseorang karena ia mengkonsumsi barang, Dengan demikian Utilitas
merupakan ukuran manfaat (kepuasan) bg seseorang karena mengkonsumsi barang.
Keseluruhan manfaat yang diperoleh konsumen karena mengkonsumsi sejumlah barang
disebut dengan Utilitas total (Total Utility) Utilitas marjinal (marginal
utility) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah satu unit
konsumsi barang tertentu.
3.
Pada teori
Utilitas berlaku Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun(The law of Diminishing
marginal utility) yaitu bahwa awalnya sesorang konsumen mengkonsumsi satu unit
barang tertentu akan memperoleh atambahan Utilitas (manfaat) yang besar, akan
tetapi tambahan unit konsumsi barang tersebut akan memberikan tambahan Utilitas
(manfaat yang semakin menurun, dan bahkan dapat memberikan manfaat negatif.
Dengan kata lain, Utilitas marjinal (MU) mula-mula adalah besar, dan semakin
menurun dengan meningkatnya unit barang yang dikonsumsi.
4. Pada teori
Utilitas berlaku konsistensi preferensi, yaitu bahwa konsumen dapat secara
tuntas (complete) menentukan rangking dan ordering pilihan (preference, choice)
diantara berbagai paket barang yang tersedia. Konsep ini disebut dengan
Transitivity dan rasionalitas. Misalnya, jika A lebih disuka dari B atau
A>B, dan B lebih disukai dari C atau B>C, maka harus berlaku A lebih
disuka dari C, atau A>C.
5. Pada teori
Utilitas diasumsikan bahwa konsumen mempunyai pengetahuan yang sempurna
berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka dianggap (diasumsikan)
mengetahui persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan
dsb.
C.
TEORI KONSUMSI DALAM
PERBAIKAN EKONOMI
Teori konsumsi dan
tingkat perbaikan ekonomi. 2 hal ini sempat dikemukan oleh presiden SBY saat
krisis ekonomi sempat hinggap dan terus hinggap sehinga menjadi masalah
tersendiri bagi perekonomian Indonesia bangsa Indonesia secara
keseluruhan.Tingkat konsumsi seperti apa ? Waktu itu Presiden SBY memalui
pemerintahannya sempat megajukan usulan peningkatkan aktivitas konsumsi
dalam ngeri untuk memulihkan perekonomian, secara tidak langsung industri
ekonomi dalam negri akan tumbuh dengan baik.
Konsumsi seperti apa ?
pertanyaan yang terus berulang, banyak pihak yang mengatakan bahwa daya beli
masyarakat Indonesia rendah. Kalau begitu apa ukurannya ? di sektor mana saja?
Sebuah jawaban yang belum saya ketahui. Tapi sekarang mari kita lihat apakah
sebenarnya daya beli mayarakat Indonesia rendah .
Pernyataan daya beli
masyarakat Indonesia sebenarnya tidak lah rendah jika hal ini dihitung dari
kebutuhan sekunder.Yang masih membinggungkan sekarang ini ialah masyarakt
Indonesia sepertinya tidak lagi bisa membedakan yang mana kebutuhan primer atau
kebutuhan sekunder ,sebuah teori mengatakan ”Lihat saja sekarang hampir dari
satu setengah populasi penduduk Indonesia sudah punya mobile communication atau
bahasa sederhananya adalah handphone atau sim card proveider telepon selular”.
Handphone atau pun sim
card bukalah barang mahal lagi yang siap dikonsumsi ,meskipun harganya bisa
mencapai jutaan tidak dipermasalahkan. Sedangkan kebutuhan primer berupa
pangan,sandang dan papan menjadi sesuatu yang terpinggirkan. Jika ditanya di
kalangan menengah ke atas jelas jawabnnya mereka bisa berimbang. Tapi kelas
menengah ke bawah jawabannya bisa mendua .Kenapa mendua ? karena barang
sekunder seperti telepon selular juga sudah menjadi kebutuhan wajib buat
mereka. Harga yang biasnya diterapkan oleh perusahaan telepon dan perusahaan
provider memudahkan konsumen untuk memilih handphone atau sim card yang mereka
inginkan. Masalah pulsa jelas yang ke dua .Sedangkan tariff yang berlomba-lomba
masih diperangkan tetap menjadi acuan konsumen. Konsumen menjadi konsumtif
sekarang rendahkah daya beli konsumen.
Jika kembali ke
bagaimana teori konsumsi dan kebutuhan tersebut,jika saja semua orang Indonesia
sadar dan bisa memilih menyelamatkan ekonomi Indonesia terlebih dahulu baru
ekonomi perusahaannya dan ekonomi diri-nya atau apa apun itu saya yakin sebuah
debat narsis tidak akan terjadi,siapa yang ingin menjadi pahlawan,dan siapa
yang hanya bermulut besar akan tersadar tentang betapa besarnya sebuah arti
nurani untuk kehidupan bersama bangsa Indonesia.
-------------------------------------------------------------------------------------------
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi merupakan
konsep teoritik yang membahas mengenai berbagai metode atau ilmu metode-metode,
yang dipakai dalam penelitian.Sedangkan metode merupakan bagian dari
metodologi, yang diinterpretasikan sebagai teknik dan cara dalam penelitian,
misalnya teknik observasi, metode pengumpulan sumber (heuristik), teknik
wawancara, analisis isi, dan lain sebagainya. Berbagai hal yang berkaitan
dengan metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
A.
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan
Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dan difokuskan padaTingkat
Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Masyarakat yang ada di desa
tersebut.
B.
Bidang
Penelitian
Bidang
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah masalahTingkat
Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup MasyarakatDusun Wirogomo Lor,
Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
C.
Bentuk/Strategi
Penelitian
Berdasarkan
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih mengutamakan pada
masalah Tingkat Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup, maka jenis
penelitian dengan strateginya yang cocok dan relevan adalah
penelitiankualitatif deskriptif.
Dengan
penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan
deskripsi-analisis yang teliti dan penuh makna, yang juga tidak menolak
informasi kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah. Pada tiap-tiap obyek
akan dilihat kecenderungan, pola pikir, ketidakteraturan, serta tampilan
perilaku dan integrasinya sebagaimana dalam studi kasus (Muhadjir, 1996: 243).
Strategi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Karena
permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan sebelum terjun ke lapangan,
maka jenis strategi penelitian inisecara lebih spesifik dapat disebut sebagai
studi kasus terpancang(embedded case study research)(Yin, 1987:
136).
Dengan
mengenal dan memahami karakter penelitian kualtatif, dapat mempermudah peneliti
dalam mengambil arah dan jalur yang tepat dalam mengumpulkan data, menganalisis
maupun mengembangkan laporan penelitian. Studi kasus didasarkan pada
teknik-teknik yang sama dalam kelaziman yang berlaku pada strategi
historis-kritis, tetapi dengan menambah dua sumber bukti yang signifikan yaitu
observasi langsung dan wawancara sistemik. Meskipun studi kasus dan
historis-kritis terjadi tumpang tindih, tetapi kekuatan yang unik dari studi
kasus adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan beragam sumber.
Secara
sistematis, penelitian kualitatif ini mempunyai karakteristik pokok sebagai
berikut: Pertama, riset kualitatif mempunyai latar alami karena yang merupakan
alat penting adalah adanya sumber data yanglangsung dari perisetnya, maksudnya
data dikumpulkan dari sumbernya langsung, dan peneliti merupakan instrumennya;
kedua riset kualitatif ini bersifat deskriptif; ketiga periset kualitatif lebih
memperhatikan proses dan produk yang bermakna; keempat, periset kualitatif
cenderung menganalisadatanya secara induktif, maksudnya data yang dikumpulkan
bukanlah untuk mendukung atau menolak hipotesis, tetapi abstraksi disusun
sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan dikelompokan bersama; kelima,
“makna” merupakan soal esensial perhatian utamanya.
D.
Sumber
Data
Dalam
penelitian kualitatif, peneliti berhadapan dengan data yang bersifat khas,
unik, idiocyncratic, dan multiinterpretable (Waluyo, 2000: 20).Data yang paling
penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data
kualitatif.Data kualitatif tidak bersifat nomotetik (satu data satu makna)
seperti dalam pendekatan kuantitatif atau positivisme.Untuk itu, data-data
kualitatif perlu ditafsirkan agar mendekati kebenaran yang diharapkan (Waluyo,
2000: 20). Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi :
a)
Informan
atau nara sumber yang terdiri dari warga Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo,
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
b)
Tempat
dan aktivitas yang di jadikan objek oleh peneliti di Dusun Wirogomo Lor, Desa
Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang sebagaimana studi kasus
penelitian. Dalam hal ini dilakukan observasi mengenai Tingkat Perekonomian dan
Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Warga Dusun Wirogomo Lor, Desa Wirogomo,
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
c)
Teks
yang berupa arsip dan dokumen resmi mengenai tingkat perekonomian dan
pengaruhnya terhadap pola hidup masyarakat, jadwal kegiatan program, foto-foto
situs studi kasus, dan catatancatatan lain yang relevan. Dalam menafsirkan teks
yang bermacamragam ini, diperlukan dekontekstualisasi (proses pembebasan dari
konteks). Teks bersifat otonom yang didasarkan atas tiga hal, yaitu: maksud
penulis; situasi kultural dan kondisi sosial pengadaan teks; dan untuk siapa
teks itu ditulis. Seorang peneliti harus “membaca dari dalam” teks yang
ditafsirkannya itu. Tetapi peneliti tidak boleh luluh ke dalam teks tersebut
dan cara pemahamannya tidak boleh lepas dari kerangka kebudayaan dan sejarah
dari teks itu. Karena itu distansi asing dan aspek-aspek subjektif-objektif
dari teks-teks tersebut harus disingkirkan (Waluyo, 2000: 26)
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Wawancara
Mendalam (in-depth interviewing)
Wawancara
jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstrukturketat, tetapi dengan
pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi.Dalam
hal ini, peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta
suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada.Dalam
berbagai situasi, peneliti dapat meminta responden untuk mengetengahkan
pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan dapat menggunakan posisi tersebut
sebagai dasar penelitian selanjutnya (Yin, 1996: 109).
Kelebihan
mencari data dengan cara wawancara, dapat diperoleh keterangan yang tidak dapat
diperoleh dengan metode yang tidak menggunakan hubungan yang bersifat personal.
Semakin bagus pengertian pewawancara dan semakin halus perasaan
dalampengamatannya itu, semakin besar pulalah kemampuannya untuk memberikan
dorongan kepada subjeknya. Lagi pula, semakin besar kemampuan orang yang
diwawancarai untuk menyatakan responsnya, semakin besar proses intersimulasi
itu. Tiap-tiap respons atau tanggapan yang verbal dan reaksinya dinyatakan
dengan kata-kata dapat memberikan banyak pikiran-pikiran yang baru. Suatu
jawaban bukanlah jawaban atas suatu pertanyaan saja, melainkan merupakan
pendorong timbulnya keterangan lain yang penting mengenai peristiwa atau objek
penelitian. Semakin besar bantuan responden dalam wawancara, maka semakin besar
peranannya sebagai informan.Dalam hal ini, informan kunci seringkali sangat
penting bagi keberhasilan studi kasus. Mereka tidak hanya bisa memberi
keterangan tentang sesuatu kepada peneliti, tetapi juga bisa memberi saran
tentang sumber-sumber bukti lain yang mendukung serta menciptakan akses
terhadap sumber yang bersangkutan (Yin, 1996: 109).
Dengan
demikian wawancara mendalam harus memberikan keleluasaan informan dalam
memberikan penjelasan secara aman, tidak merasa ditekan, maka perlu diciptakan
suasana “kekeluargaan”.Kelonggaran ini akan mengorek kejujuran informasi,
terutama yang berhubungan dengan sikap, pandangan, dan perasaan informan
sehingga pencari data tidak merasa asing dan dicurigai. Oleh karena itu, maka
masalah pelaksanaan wawancara perlu dipilih “waktu yang tepat”, maksudnya para
informan diwawancarai pada saat yang tidak sibuk dan dalam kondisi yang
“santai” sehingga keterangan yang diberikan memang benar-benar adanya. Namun
demikian, peneliti perlu berhati-hati dari ketergantungan yang berlebihan
kepada seoranginforman, terutama karena kemungkinan adanya pengaruh hubungan
antar pribadi. Suatu cara yang rasional untuk mengatasi kesalahan ini adalah
dengan mengandalkan sumber-sumber bukti lain untuk mendukung
keterangan-keterangan informan tersebut dan menelusuri bukti yang bertentangan
sehati-hati mungkin.
2.
Observasi
Langsung
Observasi
langsung dapat dilakukan dalam bentuk observasipartisipasi pasif terhadap
berbagai kegiatan dan proses yang terkaitdengan studi (Sutopo, 1996: 137).
Observasi langsung ini akandilakukan dengan cara formal dan informal, untuk
mengamati berbagai kegiatan masyarakat dan bentuk-bentuk partisipasi mereka
dalam pelaksanaan program itu.
Observasi
tersebut dapat terbentang mulai dari kegiatan pengumpulan data yang formal
hingga yang tidak formal. Bukti observasi seringkali bermanfaat untuk
memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan diteliti. Observasi dapat
menambah dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun fenomena yang akan
diteliti. Observasi tersebut bisa begitu berharga sehingga peneliti bahkan bisa
mengambil foto-foto pada situs studi kasus untuk menambah keabsahan penelitian
(Dabbs, 1996:113).
3.
Mencatat
Dokumen (Content Analysis)
Teknik
ini sering disebut sebagai analisis isi (content analysis) yang cenderung
mencatat apa yang tersirat dan yang tersurat. Teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip tentangTingkat
Perekonomian dan Pengaruhnya terhadap Pola Hidup Masyarakatdalam studi kasus
penelitian ini.Dalam psikologi, analisis isi menemukan tiga ranah aplikasi
penting.Pertama adalah, analisis terhadap rekaman verbal guna menemukan hal-hal
yang bersifat motivasional, psikologis atau karakteristik-karakteristik
kepribadian.Aplikasi ini telah menjadi tradisi tentang pemanfaatan
dokumen-dokumen pribadi, dan aplikasi analisis terhadap struktur
kognitif.Aplikasi kedua adalah pemanfaatandata kualitatif yang dikumpulkan
dalam bentuk jawaban ataspertanyaan terbuka (Krippendoff, 1991:11).
Di
sini analisis isi memperoleh status teknis pelengkap yang memungkinkan peneliti
memanfaatkan data yang hanya dapat dikumpulkan dengan cara yang tidak terlalu
membatasi pokok bahasan dan menguji silang kesahihan temuan yang diperoleh
dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda. Aspek ketiga menyangkut
proses-proses komunikasi dimana isi merupakan bagian intergralnya (Krippendoff,
1991:11).
F.
Teknik
Analisis
Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif (Miles
dan Huberman, 1984). Dalam model analisis ini,tiga komponen analisisnya yaitu
reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi,
aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai suatu proses yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus hingga
membentuk sebuah siklus. Dalam proses ini aktivitas peneliti bergerak di antara
komponen analisis dengan pengumpulan data selama proses ini masih berlangsung.
Selanjutnyapeneliti hanya bergerak diantara tiga komponen analisis tersebut.
Reduksi
data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan tertulis di lapangan. Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Secara sederhana dapat dijelaskan
dengan “reduksi data” dan perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi.Data
kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam caramelalui
seleksi yang ketat, melalui ringkasan, menggolongkannya dalam suatu pola yang
lebih luas dan sebagainya. Sementara itu penyajian data merupakan alur penting
yang kedua dari kegiatan analisis interaktif.Suatu penyajian, merupakan
kumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.Sedangkan kegiatan analisis ketiga yang
penting adalah menarik kesimpulan atau verifikasi.(Paton, 1983:20).
Dengan
demikian, model analisis interaktif ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam
pengumpulan data model ini, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian
data samapai penyusunan kesimpulan. Artinya data yang didapat di lapangan
kemudian peneliti menyusun pemahaman arti segala peristiwa yang disebut reduksi
data dan diikuti penyusunan data yang berupa ceritera secara sistematis.Reduksi
dan sajian data ini disusun pada saat peneliti mendapatkan unit data yang
diperlukan dalam penelitian.Pengumpulan data terakhir peneliti mulai melakukan
usaha menarik kesimpulan dengan menarik verifikas berdasarkan reduksi dan
sajian data.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Tingkat Ekonomi Warga Dusun
Wirogomo Lor
Masyarakat
desa memiliki pendapatan yang tidak besar. Sebab kebanyakan dari mereka
memiliki mata pencaharian di bidang agraria. Kekayaan di desa juga tidak hanya
diukur dari berapa uang yang mereka miliki namun dari berapa jumlah ternak yang
mereka punya. Ini adalah suatu dampak dari kurangnya teknologi di desa.
Masyarakat desa kebanyakan menyimpan uangnya di rumah, atau di celengan.
Padahal rumah juga tidak permanen, begitu pula celengan.
Apabila
suatu hari terjadi kebakaran, atau bisa saja perampokan, yang berakibat pada
hilangnya uang mereka. Ternak bisa terkena penyakit (seperti anthrax) dan mati.
Kekayaan mereka tidak permanen. Mereka belum mengenal lebih dalam tentang
fungsi dari bank. Atau bahkan ada yang belum mengenal bank sama sekali. Meski
ada yang sudah menabung di koperasi, namun belum semua melakukannya.
Tingkat
ekonomi tentu berpengaruh pada tingkat kesejahteraan. Dengan pendapatan yang
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sulit untuk
mengembangkan diri ke tingkat yang lebih tinggi, seperti menyekolahkan anaknya
sampai ke universitas, atau membeli modal untuk mengembangkan usaha mereka.
Mereka juga kurang mampu membeli fasilitas penunjang seperti transportasi yang
lebih efisien (mobil, motor, di desa masih dianggap sebagai barang mewah).
Di
kota, tingkat ekonomi bervariasi. Ada yang miskin sekali dan ada yang sangat
kaya raya. Kebanyakan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan adalah
akibat urbanisasi. Walaupun begitu, masyarakat kota memiliki tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi di bidang ekonomi. Sebab dengan pengetahuan dan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mereka dapat lebih mengembangkan dirinya.
Bahkan sekarang dengan teknologi internet, mereka bisa membuka usaha sendiri,
bahkan meraup keuntungan sampai berjuta-juta rupiah setiap bulannya.
Aspek Ekonomi
Berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap responden di daerah penelitian,
secara umum tingkat keberdayaan masyarakat yang menjadi anggota kelompok tani Dusun
Wirogomo Lor, Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang,Jawa
Tengah masih tergolong rendah, baik untuk aspek ekonomi maupun aspek non
ekonomi. Tingkat penghasilan anggota kelompok tani sebagian besar kurang
lebihRp.1.500.000,- per bulan. Anggota kelompok tani sehari-hari bekerja
sebagai petani, buruh tani dan peternak serta buruh pabrik. Sedangkan untuk
luas lahan garapan petani relatif banyak dimana sebagian besar luasannya
berkisar hanya 1 hektar. Aspek ekonomi yang meliputi akses usaha (kredit),
akses pasar (informasi permintaan dan penawaran produk), dan akses teknologi
(penyuluhan dan pemanfaatan teknologi tepat guna), sebagian besar responden
kelompok tani (lebih dari 50%) mengaku tidak/belum pernah memperoleh kredit,
mendapatkan informasi pasar, dan menerima penyuluhan/ pemanfaatan teknologi
tepat guna. Tingkat keberdayaan anggota kelompok tani dalam memperoleh akses
usaha berupa kredit masih relatif rendah, terbukti hanya 5 orang atau sebesar
19 persen yang pernah memperoleh bantuan kredit, seperti tersaji pada gambar 1a
. Tingkat keberdayaan yang rendah dari responden antara lain disebabkan oleh:
(1) anggota kelompok masih mengandalkan bantuan pemerintah yang terbatas; (2)
belum terbiasa melakukan pengajuan bantuan usaha; dan (3) belum memiliki
ketrampilan selain bertani dan berternak. Dalam pengajuan kredit untuk
peningkatan usaha, anggota kelompok sangat terganutng pada ketua kelompok tani,
anggota kelompok belum berani mengeluarkan pemikiran atau ide yang cemerlang.
TABEL DATA MATA PENCAHARIAN
WARGA DUSUN WIROGOMO LOR
No.
|
Nama
|
Alamat
|
Pendidikan
|
Mata Pencaharian
|
Tanggungan Keluarga
|
1.
|
Slamet Ripai
|
RT 04/24
|
SMA
|
Membuat batako
|
4
|
2.
|
Maskur
|
RT 04/04
|
SD
|
Petani
|
4
|
3.
|
-
Rukeni
-
Badi
|
RT 04/16
|
SMP
SD
|
Petani pohon aren
Ojeg
|
5
5
|
4.
|
Slamet
|
RT 01/19
|
SD
|
Buruh
|
6
|
5.
|
Kusriyadi
|
RT 04/9
|
Belum sekolah
|
Buruh Pabrik
|
3
|
6.
|
Asroni
|
RT 01/11
|
SMK
|
Petani Pohon Aren
|
4
|
7.
|
Sipyanmadi
|
RT 01/14
|
SD
|
Kuli Bangunan
|
3
|
8.
|
Slamet Parman
|
RT 03/12
|
SMP,
Lulus SMA
|
Penjual Sapi
|
4
|
9.
|
Asrodin
|
RT 03/3
|
SD
|
Petani Pohon Aren
|
3
|
10.
|
Sulurun
|
RT 01/03
|
SUDAH BEKERJA
|
Petani
|
5
|
11.
|
Sarwadi
|
RT 01/23
|
SD
|
Petani
|
5
|
12.
|
Muslimin
|
RT 02/06
|
SD
SMK
|
Kuli Bangunan
|
4
|
Dari 12 sampel
di atas diketahui bahwa 5 KK di Dusun Wirogomo Lor. Hal itu berarti sebagian
besar KK di Dusun Wirogomo Lor bekerja sebagai Petani Pohon Aren.
Dari hasil penelitian sebagian besar warga Dusun
Wirogomo Lor bermata pencaharian Petani dengan letak geografis yang berada di
Pelosok Kota Semarang membuat masyarakat Dusun Wirogomo Lor memiliki semangat
juang untuk bekerja yang tinggi. Masyarakat Dusun Wirgomo Lor rata-rata kondisi
perekonomian masyarakatnya tergolong menengah ke atas, namun masih terdapat
juga masyarakat yang tergolong menegah ke bawah kondisi perekonomiannya. Kondisi
sosial di Dusun Wirgomo Lor termasuk baik, karena menurut observasi penelitian
yang dilakukan bahwa hubungan antara masyarakat cukup baik.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Perekonomian Warga Dusun Wirogomo Lor
Kondisi perekonomian masyarakat Dusun Wirogomo Lor sangat bervariasi
namun rata-rata tergolong masyarakat menengah ke bawah. Mata pencaharian
masyarakat Dusun Wirogomo Lor bervariasi, ada yang menjadi petani pohon nira
aren, sopir, tukang bangunan bahkan buruh pabrik. Kondisi perekonomian yang
tergolong dalam masyarakat menengah tersebut masih dapat mencukupi kebutuhan
sehari-hari warga masyarakat Wirogomo Lor. Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru,
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Kondisi perekonomian yang tergolong dalam
masyarakat menengah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pola hidup
di Dusun Wirgomo Lor. Faktor yang
mempengaruhi konsumsi,yaitu :
A.
Pendapatan
Pendapatan konsumen berpengaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan.
Semakin tinggi pendapatan konsumsi, konsumsi cenderung semakin besar pula.
Sebaliknya, konsumen yang berpendapatan rendah biasanya tidak akan banyak
melakukan kegiatan konsumsi karena daya belinya juga rendah. Contohnya ada
seorang ibu warga Dusun Wirogomo Lor yang memiliki suami hanya bekerja sebagai
kuli bangunan. Tetapi kebutuhan rumah tangganya sendiri lebih besar daripada
penghasilan suaminya.
B.
Motivasi
Setiap orang mempunyai motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan
kegiatan konsumsi. Ada yang melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang
benar-benar diperlukan. Namun ada pula orang yang membeli barang hanya karena
ikut-ikutan orang lain, padahal sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Sebagian
lain mengkonsumsi barang/jasa tertentu demi memperlihatkan status
sosial/gengsi. Misalnya seorang siswa membeli handphone keluaran terbaru agar
dianggap keren oleh teman-temannya. Contohnya anak sekolah di Dusun Wirogomo
bersekolah kira-kira menempuh jarak 1km, anak ini dengan manjanya meminta
bapaknya untuk membelikan motor. Padahal jarak yang ditempuh lumayan dekat jika
berjalan.
C.
Sikap dan
kepribadian
Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Orang yang hemat hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan,
sementara orang yang boros seringkali membeli barang-barang diluar
perhitungannya. Orang yang menyukai barang kuno akan berani membeli barang itu
dengan harga tinggi, sementara orang yang tidak menyukai barang kuno tidak akan
membeli barang itu meskipun diberi gratis. Contohnya Ibu Leny adalah seorang
warga Dusun Wirogomo Lor, ia hanya memiliki pendapatan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhannya. Walaupun suka dikucilkan karena dianggap hidup miskin, ia
selalu berusaha menabung untuk kebutuhan anaknya di masa yang akan datang.
D.
Selera
Masing-masing individu mempunyai selera yang berbeda-beda dalam memilih
berbagai jenis barang/jasa. Ini juga berpengaruh terhadap pola konsumsi.
Misalnya, meskipun sama-sama remaja, kalian dan teman-temanmu memiliki selera
yang berbeda dalam pemilihan benda konsumsi. Contohnya ada salah satu warga Dusun Wirogomo Lor. Contoh ada seorang
ibu yang memiliki penghasilan yang dibilang baik. Ia terkenal angkuh. Ia
terlalu bergaya kekotaan sehingga tidak cocok bersosialisasi di desa.
1.
Faktor
Eksternal
1)
Kebudayaan
Kebudayaan
yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat di
daerah tersebut.Di Jepang
dan Cina, orang makan dengan menggunakan dengan menggunakan sumpit. Sementara
di negara barat, sendok dan garpu sering ditemani pisau. Bagaimana dengan warga
Dusun Wirogomo Lor? Mereka terkadang menggunakan sendok dan garpu, atau pun
tidak menggunakan alat makan. Melainkan menggunakan tangan kosong.
2)
Status
Sosial
Status/posisi seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan
membentuk pola konsumsi orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau
menteri sudah jelas berbeda dengan konsumsi sopir, tukang kayu, atau pengusaha
kecil. Bagi tukang kayu, makan nasi dan tempe sudah cukup. Namun bagi seorang
konglomerat, harus ada pilihan lauk hingga lima macam dan tempatnya harusnya
mewah.
3)
Harga Barang
Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa bila harga barang naik, konsumsi akan
menurun, dan bila harga barang rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku
untuk tingkat harga barang substitusi, seperti yang sudah yang diuraikan dalam
pembahasan tentang hukum permintaan dan penawaran. Harga barang di Jawa Tengah,
termasuk Dusun Wirogomo Lor termasuk murah. Kebetulan waktu saya menjadi
penyortir baju. Saya dan kawan-kawan melakukan pembagian harga. Harga pakaian
seperti baju harganya dipatok mulai dari harga 15-2 ribu rupiah. Bayangkan mana
ada baju yang harganya sampai 2 ribu. Sangat murah bukan!
C.
PENGARUH TINGKAT EKONOMI TERHADAP
POLA HIDUP
Bersamaan dengan peningkatan tersebut kemajuan ekonomi,
teknologi di bidang industri, komunikasi dan transportasi, terutama di
kota-kota besar, dikhawatirkan dapat merubah gaya hidup seseorang termasuk pola
hidup sedentary (aktivitas sedang) dan pola makannya yang cenderung
mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar lemaknya. Didukung adanya fasilitas dan
sarana yang memadai sehingga sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah
dapat menyebabkan terjadinya pemasukan energi yang melebihi pengeluarannya.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh keadaan sosio-ekonomi terhadap pola konsumsi makan dan
hubungannya dengan status gizi (khususnya obesitas) pada lansia. Adapun tujuan
khusus dari penelitian ini adalah :
-
Mengetahui
keadaan sosio-ekonomi responden dan pengaruhnya terhadap tingkat kecukupan zat
gizi (energi, lemak, protein).
-
Mengetahui
hubungan antara tingkat kecukupan energi, protein dan lemak dengan obesitas.
-
Mengetahui
hubungan antara kebiasaan makan dengan obesitas. Mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan gizi dengan obesitas.
-
Mengetahui
hubungan antara frekuensi olahraga dengan obesitas.
D.
CARA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN
KELUARGA
Cara meningkatkan
perekonomian keluarga di Dusun Wirogomo Lor,yaitu :
ü Memanfaatkan lahan pertanian
secara maksimal.
ü Meningkatkan kualitas bibit
tanaman yang unggul.
ü Meningkatkan sumber daya
manusia di Desa.
ü Menciptakan sumber Daya Manusia
pedesaan yang Kreatif.
Dll
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ekonomi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia
mencukupi kebutuhan hidupnya. Dusun Wirogomo Lor adalah daerah yang sebenarnya masih
berlahan luas. Tidak menutup kemungkinan penduduknya hamper 75% bermata
pencaharian sebagai petani, tetapi karena sudah banyak terkontaminasi dengan
bidang pekerjaan lain, yaitu supir, buruh pabrik, kuli bangunan, pegawai
sekolah dan wirausaha. Maka, lahan yang sangat luas itu sudah mulai tidak banyak
yang mengolahnya atau tidak banyak yang menjadi seorang petani.
Teori
Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia /
konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan
jasa. Bagi para warga Dusun Wirogomo Lor yang sudah mengalami tingkat ekonomi
yang sudah sedikit mapan kebanyakan berpola hidup konsumtif atau pun boros.
Sehingga taraf hidup warga tersebut tidak mengalami banyak peningkatan.
B.
SARAN
Setelah
melakukan penelitian dengan cara tinggal didalam komunitas penduduk, melakukan
pengamatan, wawancara dan survey. Kami sebagai siswa/siswi bisa memahami dan
mengerti perilaku dan pola hidup masyarakat di Dusun
Wirogomo Lor yaitu perilaku hidup yang positif dan yang Negatif.
Dalam tulisan ini kami uraikan tentang pola hidup yang konsumtif
dan pola hidup yang sederhana.
Diharapkan
dengan tulisan ini kami sebagai penulis bisa memberi masukan bagaimana bisa
membuat hidup Hemat, Meningkatkan taraf hidup , menciptakan sumber daya
penduduk .
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Apridar. 2010. TEORI EKONOMI: Sejarah dan Perkembangannya.
ed.I. Yoyakarta: Graha Ilmu
Sudjatmiko,Budiman dan Yando
Zakaria. 2015. Desa Kuat,Indonesia Hebat!.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia
Departemen Pendidikan. 2001.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.III. Jakarta: Balai Pustaka dan Kebudayaan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
LAMPIRAN
Gambar 1.1
Kegiatan Pasar Murah di Dusun Wirogomo Lor
Gambar 1.2
Kegiatan Pasar Sandang Murah
Gambar 1.3 Kegiatan
Transaksi Jual beli
PELUANG LOAN !!!
BalasHapusApakah Anda mencari pemberi pinjaman swasta? Apakah Anda membutuhkan pinjaman segera? Apakah kamu memiliki kredit buruk? Apakah bank anda gagal? Saya dapat membantu Anda mendapatkan pinjaman. Tidak ada jaminan yang dibutuhkan.
Saya adalah investor swasta yang mengkhususkan diri dalam menyediakan semua jenis dana investasi, termasuk reksa dana, pinjaman pribadi, pinjaman usaha, pinjaman real estat, pinjaman kombinasi, pinjaman konsolidasi, pinjaman komersial dan banyak lagi.
Bebas scam dan legit
Tidak ada permainan, bisnis saja
Jumlah Pinjaman: Minimal $ 1.000 sampai jumlah pinjaman maksimum $ 5.000.000,00
Suku bunga pinjaman: 2%
Area pinjaman: seluruh dunia
Durasi maksimal: sampai 20 tahun
Tidak ada penalti prabayar
Pendanaan segera setelah dokumentasi dan persetujuan yang benar.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami melalui pesan melalui email pribadi kami di theresaloancompany@gmail.com...
rb88 - All Bets
BalasHapusrb88.com - All rb88 Bets dafabet link - The best site for betting on Horse Racing and eSports. rb88.com has a fantastic range of markets, a 카지노 high odds offer & much more.
Grand Vegas Casino & Hotel | MapYRO
BalasHapusGrand 군포 출장마사지 Vegas Casino 부산광역 출장마사지 & Hotel Las 광주 출장샵 Vegas' 태백 출장샵 largest hotel in the 상주 출장안마 world, located in the heart of Downtown Las Vegas. Casino. Grand Vegas Casino